KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sepanjang semester I-2020 tertekan. Emiten yang juga dikenal dengan nama PGN ini membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 6,72 juta di semester I-2020, anjlok 87,56% (yoy) dibandingkan realisasi di semester I-2019 sebesar US$ 54,04 juta. Direktur Keuangan Perusahaan Gas Negara, Arie Nobelta Kaban mengungkapkan, kinerja keuangan PGAS pada semester pertama ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang mengalami tripledown effect, yakni dampak pagebluk Covid-19, turunnya harga minyak dan gas (migas) dunia, serta melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS. Meski laba bersih tertekan, Arie menegaskan posisi keuangan PGAS secara konsolidasi saat ini dalam kondisi yang cukup baik. Kas dan setara kas PGAS per 30 Juni 2020 mencapai US$ 1,24 miliar, lebih baik jika dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2019 yakni sebesar US$ 1,04 miliar.
Demikian juga kemampuan PGAS dalam memenuhi kewajibannya, yang dinilai masih mumpuni dengan current ratio per 30 Juni 2020 sebesar 230%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan current ratio per 31 Desember 2019 sebesar 197%. Baca Juga: Laba bersih menyusut hingga 87%, ini kata PGN (PGAS) Untuk semester kedua, PGAS berupaya maksimal untuk meningkatkan pendapatan dan dengan tetap disertai efisiensi dari sisi biaya. Sehingga, di semester kedua diharapkan kinerja keuangan menjadi lebih baik. “Sebagai respons terhadap dampak Covid-19 dan menjaga kinerja, PGAS tetap mengembangkan pembangunan infrastruktur dengan mengambil kebijakan optimasi efisiensi yang tidak terkait langsung dengan pendapatan dan keandalan jaringan pipa. Selain itu dilaksanakan optimasi arus kas melalui prioritisasi anggaran investasi. Dengan begitu, diharapkan PGAS tetap mampu memberikan kinerja positif di tengah perlambatan ekonomi nasional dan global,” terang Arie, Sabtu (5/9). Sekretaris Perusahaan Gas Negara Rachmat Hutama menambahkan, pihaknya juga akan terus membangun dan memperluas infrastruktur gas bumi yang berkesinambungan. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional di berbagai sektor bisnis dan pemulihan ekonomi nasional (PEN).