JAKARTA. Kondisi keuangan yang masih menorehkan rapor merah, memacu PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO) memutar otak demi menggenjot pertumbuhan tahun ini. Salah satu strateginya yaitu efisiensi toko dengan menutup toko-toko yang dinilai tidak memberikan penjualan maksimal Dalam dua tahun terakhir, TRIO terus menutup sejumlah toko. Dari sekitar 800 toko dan kios, kini tersisa 271 toko Okeshop dan Global Teleshop. "Sesuai dengan langkah resktrukturisasi, kami akan
review toko yang kurang bagus performancenya, akan ganti produk yang menyesuaikan dengan pasar," kata Presiden Direktur TRIO Sugiyono Wiyono Sugialam saat Rapat Umun Pemegang Saham Tahunan di Jakarta, Kamis (22/6).
Hingga akhir 2016, perseroan masih mengalami defisit sebesar Rp 6,8 triliun. Raihan pendapatan pada 2016 turun 73% dari tahun 2015 menjadi Rp 1,72 triliun. Dus, TRIO juga masih mencatatkan kerugian sebesar Rp 505 miliar. "Pendapatan
netto kami turun 73% karena proses PKPU, juga karena
cashflow yang memburuk. Imbasnya, pembatasan untuk distribusi," terang Sugiono. Kinerja perseroan yang kurang memuaskan, diakui Sugiono, diawali dari 2015, di mana terkendala pengaruh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan perlambatan ekonomi Indonesia. Kondisi makro tersebut akhirnya mempegaruhi kinerja keuangan perseroan pada 2015. "Akhirnya berpengaruh ke penurunan laba dan gangguan likuiditas dan berlanjut ke pengajuan PKPU oleh kreditur di 2015," papar Sugiono. Namun, TRIO tetap membidik hasil positif pada akhir tahun ini. Perseroan menargetkan pendapatan bersih bisa tumbuh 45% menjadi Rp 2,5 triliun dengan perolehan laba kotor sebesar Rp 150 milar, atau naik 58%. Strategi perusahaan demi menggenjot pertumbuhan di antaranya mendirikan gerai baru dengan nama Hapeku yang sengaja dilokasikan di sekitar perumahan di wilayah Botabek (Bogor Tangerang Bekasi) dan jauh dari pusat perbelanjaan. Menurut Sugiono, dengan mendirikan Hapeku yang berada di pinggir jalan dinilai mampu memberikan efisiensi bagi beban perusahaan sebesar 20% jika harus membuka toko di pusat perbelanjaan. Strategi tersebut dianggap sebagai inovasi baru dalam melayani gaya belanja baru di masyarakat. Menurut Sugiono, masyarakat sekarang diberikan lebih banyak pilihan varian merk-merk gawai yang lebih murah seperti Oppo dan Vivo. Artinya, masyarakat yang ingin membeli gawai kelas menengah ke bawah tidak lagi harus ke pusat perbelanjaan, namun mulai beralih ke toko-toko di pinggir jalan.
"Gaya orang berbelanja sudah berubah. Kalau beli Samsung yang mahal masih ke mall, tapi kalau beli Oppo atau Vivo yang lebih murah bisa ke sekitar rumah. Jadi tidak perlu harus ke mall," terang Sugiono. Walau begitu, perseroan yang memiliki jaringan Okeshop dan Global Teleshop tersebut tetap membuka toko-toko yang ada di mall. Perseroan memilih langkah simplifikasi, yaitu hanya menjual merk-merk yang sedang laku dan banyak dicari di pasaran. Hingga saat ini, sudah ada dua gerai Hapeku yang dibuka TRIO. Rencananya 1 toko lagi dibuka setelah Lebaran. Kemudian, di kuartal 3, perseroan akan menambah 5-6 toko Hapeku. "Kalau kondisi sudah solid, kita coba ke wilayah Jawa Barat, kita lihat 1 kuartal lagi, situasinya pasti membaik," ujar Sugiono. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini