Perbaiki Kualitas Kredit, Rasio Kredit Berisiko BNI Turun Jadi 16,1% Per Juni



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbaikan kualitas kredit menjadi salah satu fokus PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dalam periode separuh pertama tahun ini. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit berisiko (LaR) pada periode tersebut di periode 16,1%.

“Ini membaik signifikan dari periode yang sama tahun lalu sebesar 19,6” ujar Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini dalam konferensi pers, Selasa (25/7).

Novita menjelaskan kredit berisiko ini terdiri dari kredit bermasalah (NPL), kredit pada kolektibilitas dua, dan kredit kolektibilitas lancar yang diresktrukturisasi. Novita menyebut ketiga aspek tersebut kompak mengalami penurunan.


Secara rinci, rasio NPL BNI pada Juni 2023 turun dari 3,2% di semester pertama tahun lalu menjadi 2,5% di enam bulan pertama tahun ini. Sementara, total kredit lancar yang direstrukturisasi membaik 270 basis poin menjadi 9,3%.

Baca Juga: Laba BNI Naik 17% Menjadi Rp 10,3 Triliun di Semester I-2023

“Ini seiring dengan berjalannya skema restrukturisasi kredit dan pulihnya bisnis debitur,” ujar Novita.

Lebih lanjut, Novita menambahkan perbaikan kualitas aset ini juga diimbangi dengan penyediaan pencadangan yang kuat. Pada semester pertama ini, rasio pembentukan beban CKPN atau credit cost turun 70 basis poin menjadi 1,4%.

Meskipun beban pencadangan yang dibentuk turun, Novita melihat itu sudah memadai untuk penambahan CKPN untuk debitur-debitur yang sedang dalam pantauan khusus.

“Kami menargetkan rasio kredit NPL untuk terus turun hingga akhir 2023,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Risk Management BNI David Pirzada mengungkapkan bahwa terkait risiko kredit ini, ada beberapa sektor yang masih menunjukkan belum ada pemulihan.

Baca Juga: Laba Bank Jatim (BJTM) Turun 11,67% Jadi Rp 720,14 Miliar di Semester I-2023

Berdasarkan hasil survei internal, David menyebut sektor-sektor tersebut antara lain penyedia akomodasi, penyediaan makan minum, real estate, usaha persewaan, jasa perusahaan, dan angkutan udara.

“sedangkan sektor ekonomi yang sudah recover adalah jasa kemasyarakatan, sosial budaya dan hiburan, konstruksi, perdagangan besar dan eceran, industri logam dasar, industri barang kimia dan jasa kesehatan,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi