JAKARTA. Perhimpunan Bank-Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah Se-Indonesia (Perbamida) mengakui adanya potensi kredit macet Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada tahun ini. Kondisi ini tak lepas dari dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang disertai inflasi. Menurut Raden Soeroso, Ketua Umum Perbamida, bisnis BPR selama ini kebanyakan mengandalkan penyaluran kredit mikro kepada nasabah yang jelas berasal dari kalangan menengah ke bawah. “Dengan harga BBM subsidi yang semakin naik diikuti kenaikan harga barang dan jasa, sudah tentu ini memperberat biaya hidup para debitur kami. Otomatis ini mempengaruhi kemampuan bayar angsuran kredit dari BPR,” kata Raden saat dihubungi KONTAN, Kamis (20/11). Oleh sebab itu Raden meminta kalangan BPR milik Pemda untuk tak serta merta menaikkan bunga kredit meskipun baru saja Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) dari 7,50% menjadi 7,75%. “Tapi BPR tentu harus semakin selektif dalam menjaga kualitas pertumbuhan kreditnya,” pungkas Raden.
Perbamida: Kredit macet di BPR berpotensi naik
JAKARTA. Perhimpunan Bank-Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah Se-Indonesia (Perbamida) mengakui adanya potensi kredit macet Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada tahun ini. Kondisi ini tak lepas dari dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang disertai inflasi. Menurut Raden Soeroso, Ketua Umum Perbamida, bisnis BPR selama ini kebanyakan mengandalkan penyaluran kredit mikro kepada nasabah yang jelas berasal dari kalangan menengah ke bawah. “Dengan harga BBM subsidi yang semakin naik diikuti kenaikan harga barang dan jasa, sudah tentu ini memperberat biaya hidup para debitur kami. Otomatis ini mempengaruhi kemampuan bayar angsuran kredit dari BPR,” kata Raden saat dihubungi KONTAN, Kamis (20/11). Oleh sebab itu Raden meminta kalangan BPR milik Pemda untuk tak serta merta menaikkan bunga kredit meskipun baru saja Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) dari 7,50% menjadi 7,75%. “Tapi BPR tentu harus semakin selektif dalam menjaga kualitas pertumbuhan kreditnya,” pungkas Raden.