KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit perbankan dalam beberapa bulan terakhir memang tercatat telah merangkak naik. Oleh karenanya, risiko kredit tetap diantisipasi oleh perbankan agar menjaga rasio NPL coverage yang dimiliki. Memang, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat ada penurunan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) bank umum sekitar 3,93% secara tahunan menjadi Rp 353,47 triliun per November 2023. Tapi, itu sejalan dengan penurunan NPL gross perbankan menjadi 2,36% per November 2023. Di mana, periode sama tahun sebelumnya, NPL gross perbankan tercatat di level 2,65%.
Dengan kondisi tersebut, Direktur Manajemen Risiko PT Bank Negara Indonesia Tbk David Pirzada mengungkapkan bahwa pihaknya belum akan menurunkan NPL coverage di tahun ini. Meskipun, kualitas kredit menunjukkan perbaikan. Baca Juga: Bankir Optimistis Penyaluran Kredit ke Fintech P2P Lending Bisa Lebih Deras Sepanjang 2023, BNI mencatat NPL coverage ada di level 319%, lebih tinggi dari periode tahun sebelumnya di level 278,3%. Sementara, NPL gross BNI tercatat turun dari 2,8% menjadi 2,1% di periode yang sama. David bilang selama tiga tahun terakhir, BNI sudah melakukan transformasi dan beberapa perbaikan. Hanya saja, ia berpendapat itu belum cukup dan akan melanjutkan perbaikan di beberapa tahun ke depan. “kami masih mau memperpanjang observation period kami sampai dua tahun mendatang sehingga tetap menjaga level NPL coverage yang cukup besar,” ujar David kepada KONTAN (28/1) Adapun, ia menyebutkan akan mulai meninjau kembali level NPL coverage sewaktu LAR rasio BNI sudah turun di level 10% ke bawah. Per 2023, LAR BNI termasuk restrukturisasi Covid-19 tercatat turun ke level 12,9%. “Target kami di tahun 2024 juga akan terus memperbaiki kualitas aset dengan rasio NPL di bawah 1,8% dan LAR rasio di level sekitar 10%,” ujarnya. Hampir serupa, Direktur Manajemen Risiko PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Setiyo Wibowo bilang tren NPL coverage akan tetap dipertahankan naik terus secara bertahap.