Perbankan Bersiap Mengerek Suka Bunga Kredit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan berdampak pada bisnis kredit perbankan. Akibatnya, sejumlah bank bersiap untuk menaikkan suku bunga kredit demi menekan biaya dana alias cost of fund (COF). 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap Anggota DK OJK Dian Ediana Rae mengatakan, secara umum tingkat suku bunga BI menjadi komponen perhitungan bunga kredit perbankan. 

"Saya memperkirakan pertumbuhan kredit akan terus berlanjut, dampak dari bunga acuan BI akan jarak beberapa waktu (penyesuaian) atas kebijakan moneter tersebut, yang kemudian direalisasikan di perbankan," kata Dian di Jakarta, Senin (5/9). 


Baca Juga: Pertumbuhan Kredit Terus Berlari Kencang

Dian memperkirakan penyaluran kredit akan tetap tumbuh seiring pertumbuhan ekonomi nasional. OJK mencatat penyaluran kredit tumbuh 10,71% secara tahunan pada Juli 2022 ditopang oleh kredit modal kerja dari debitur korporasi.

Selain itu, likuiditas industri perbankan masih berada pada level yang memadai. Tercatat rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit dan Alat Likuid/DPK masing-masing sebesar 124,45% dan 27,92%, terjaga di atas ambang batas ketentuan masing-masing pada level 50% dan 10%.

Sementara itu Bank Mandiri menyebut keputusan BI untuk menaikkan suku bunga acuan sebagai kebijakan antisipatif terhadap potensi inflasi ke depan. 

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha menilai langkah tersebut diperlukan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah serta mengakselerasi pemulihan ekonomi. 

"Meski begitu, dalam praktiknya penyesuaian kenaikan suku bunga acuan terhadap bunga pinjaman maupun simpanan tentunya akan bergantung pada kondisi likuiditas masing-masing perbankan, termasuk perhitungan pada tren suku bunga di pasar," jelas dia. 

Secara rata-rata, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) untuk seluruh segmen telah turun 167 bps selama tahun 2021 sampai dengan 2022, dengan penurunan terbesar pada suku bunga dasar kredit untuk segmen konsumsi.

Saat ini tingkat likuiditas Bank Mandiri masih berada pada level cukup. Hal ini tercermin dari posisi LDR bank only Bank Mandiri per Juli 2022 yang terjaga pada level 87,48% dengan tren pertumbuhan dana pihak ketiga yang optimal serta didominasi oleh dana murah (CASA). 

Tercatat per Juli 2022 total DPK Bank Mandiri telah mencapai Rp 1.013,08 triliun, tumbuh 8,78% secara tahunan. Pertumbuhan tersebut antara lain disumbang oleh CASA yang tumbuh 11,82% secara tahunan menjadi Rp 768,09 triliun.

Di samping itu, ia menyebut kenaikan bunga acuan tidak terlalu berdampak signifikan terhadap pertumbuhan kredit. Perusahaan tetap optimistis target pertumbuhan kredit sebesar 11% hingga akhir 2022 dapat terealisasi dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian.

Baca Juga: Perbankan Mulai Kembangkan Produk Simpanan Hijau

Sampai Juli 2022, total penyaluran kredit Bank Mandiri secara bank only tumbuh 11,38% secara tahunan. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh tren perbaikan dari seluruh segmen, khususnya segmen wholesale yang tumbuh 10,8% secara tahunan dan kredit di segmen ritel tumbuh 12,53% secara tahunan. 

Sedangkan Bank Bjb masih meninjau bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah. Sebab, kata Direktur Utama Bank Bjb Yuddy Renaldi, penyesuaian bunga acuan BI akan berdampak pada COF perseroan. 

"Sampai saat ini, COF masih terkendali dengan baik sebesar 3%, sehingga kami belum berencana untuk melakukan penyesuaian suku bunga dalam waktu dekat," kata Yuddy.

Untuk saat ini, perusahaan masih melihat perkembangan permintaan KPR dari nasabah. Selain itu, Bank Pembangunan Daerah (BPD) ini juga mempertimbangkan kemampuan bayar nasabah jika dilakukan penyesuaian suku bunga. 

Diperkirakan kenaikan suku bunga acuan tidak berdampak besar bagi bisnis perusahaan. Yuddy meyakini, pertumbuhan kredit sampai akhir tahun akan tercapai dan sesuai dengan target perusahaan. 

Tak berbeda, Bank CIMB Niaga juga masih meninjau potensi kenaikan suku bunga kredit. Direktur Consumer Banking Bank CIMB Niaga Noviady Wahyudi mengatakan, perusahaan akan melihat faktor permintaan kredit serta ketersediaan likuiditas di pasar. 

"Di satu sisi, kami tetap fokus untuk memberikan kredit dengan suku bunga yang kompetitif karena kondisi ekonomi belum pulih sepenuhnya akibat Covid-19," tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi