KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Resesi global sudah di depan mata. Lebih dari dua pertiga ekonomi di 23 lembaga keuangan besar yang berbisnis langsung dengan The Fed memperkirakan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan resesi tahun ini. Lembaga keuangan yang terdiri dari bank dan perusahaan sekuritas tersebut diantaranya mencakup Barclays Plc, Bank of America Corp, Td Securities, dan UOB Group AG. Para ekonom tersebut mencermati sejumlah tanda-tanda bahaya menuju resesi. Pertama, orang Amerika sudah menghabiskan tabungan pandemi mereka. Kedua, pasar perumahan tengah melorot. Dan ketiga, bank mulai memperketat standar kredit.
Baca Juga: Penghimpunan Dana Lewat IPO di AS Menurun Tajam Sepanjang 2022 "Kami memperkirakan penurunan pertumbuhan PDB global pada 2023, dipimpin oleh resesi di AS dan kawasan Eropa," tulis Ekonom BNP Paribas dalam
outlook ekonominya seperti dikutip Wall Street Journal, Selasa (3/1). Ekonom menyebut bahwa The Fed merupakan penyebab utama resesi, yang telah menaikkkan suku bunga selama tujuh bulan berturut-turut guna memperlambat laju ekonomi dan meredam tingkat inflasi. Meski inflasi telah mereda baru-baru ini, namun angkanya masih jauh lebih tinggi dari target yang diharapkan The Fed. Bunga acuan The Fed yang mendekati level di awal 2022 telah naik berada di kisaran 4,25%-4,5% pada Desember, tertinggi sejak akhir 2007. Pejabat The Fed telah memberi isyarat pada Desember lalu bahwa kenaikan suku bunga masih akan dilanjutkan ke kisaran 5%-5,5% pada 2023. Sebagian besar ekonom yang disurvei The Wall Street Journal memperkirakan tingkat suku bunga yang lebih tinggi akan mendorong pengangguran naik dari 3,7% pada November 2022 ke atas 5%. Ini kemungkinan akan mengakibatkan jutaan orang Amerika kehilangan pekerjaan. Ekonomi memang relatif baik selama kenaikan suku bunga tahun lalu dan klaim pengangguran reltif rendah. Namun, para ekonom melihat efek dari kenaikan suku bunga akan terasa lebih tinggi pada 2023. Tahun lalu, pelaku pasar di Wall Street salah proyeksi setelah The Fed bersikeras bahwa inflasi akan bersifat sementara. Analis terkemuka di Wall Street memproyeksikan pertumbuhan dangkal untuk harga saham dan obligasi. Salah langkah para investor, analis dan ekonom tahun lalu telah membuat banyak orang memandang tahun ini dengan rasa tidak nyaman. Para ekonom dan
manager aset menunjukkan sejumlah indikator yang secara tradisional telah menandakan resesi. Bank misalnya telah memperketat standar kredit dan permintaan telah melemah ke tingkat yang biasanya mendekati terkait resesi.
Baca Juga: Pergerakan Inflasi dan Respons The Fed Masih Bakal Menyetir Wall Street pada 2023 Kumpulan indikator ekonomi utama Conference Board telah jatuh selama sembilan bulan berturut-turut, mencapai tingkat yang secara historis mendahului resesi. Alat pengukur yang melacak aktivitas bisnis secara keseluruhan serta sektor jasa dan manufaktur telah jatuh ke beberapa level terendah sejak resesi tahun 2020 yang dipicu oleh Covid-19. Selanjutnya, obligasi pemerintah AS yang jatuh tempo antara tiga bulan dan dua tahun memiliki imbal hasil yang lebih tinggi daripada obligasi yang jatuh tempo dalam 10, 20 atau 30 tahun. Apa yang disebut kurva imbal hasil terbalik ini adalah tanda peringatan yang telah terjadi sebelum setiap resesi di AS sejak Perang Dunia II. Menurut data The Fed, tabungan berlebih yang disisihkan orang Amerika pada puncak pandemi Covid-19 telah menyusut menjadi US5 1,2 triliun dari US$ 2,3 triliun. Analis Dutsche Bank memperkirakan tabunga itu akan habis sepenuhnya pada bulan Oktober. "Permintaan konsumen melambat. Kami perkirakan itu akan melambat tajam karena kelebihan tabungan mulai habis dan konsumen lebih tertekan. Bisnis juga kemungkinan harus menarik kembali belanja modal," kata Brett Ryan, Ekonom Senior AS di Deutsche Bank. Mayoritas ekonom yang mengharapkan ekonomi AS berkontraksi memprediksi itu akan menjadi resesi dangkal atau ringan. Mereka memperkirakan ekonomi dan pasar ekuitas AS akan pulih di akhir tahun 2023, sebagian besar berkat The Fed yang beralih ke penurunan suku bunga. Sebagian besar analis mengharapkan obligasi memberikan pengembalian yang kuat pada tahun 2023, sementara saham menyelesaikan tahun ini sedikit naik. Lalu sebagian besar juga memprediksi Fed akan menaikkan suku bunga pada kuartal pertama, berhenti pada kuartal kedua dan mulai memangkas suku bunga pada kuartal ketiga atau keempat. Analis berharap poros Fed untuk membawa peningkatan volatilitas ke pasar saham tetapi secara keseluruhan memberikan hasil yang lumayan. Target rata-rata untuk S&P 500 tahun 2023 sekitar 5% lebih tinggi dari level saat ini. Beberapa memprediksi S&P turun dari level saat ini pada akhir tahun 2023, termasuk Barclays dan Société Générale SA.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Ingatkan Peluang Terakhir Koleksi Aset Ini Sebelum Pasar Saham Ambruk Hanya lima dari 23 lembaga keuangan yang disurvei memperkirakan bahwa AS bisa menghindari resesi pada tahun 2023 dan 2024 yakni Credit Suisse Group AG, Goldman Sachs Group Inc., HSBC Holdings PLC, JPMorgan Chase & Co. dan Morgan Stanley. "Beberapa indikator utama yang dapat diandalkan secara historis mengirimkan sinyal resesi, tetapi dalam pandangan kami, langkah-langkah ini tidak dapat mengukur dengan benar risiko resesi di lingkungan saat ini," tulis Jeremy Schwartz, ekonom senior AS di Credit Suisse. Mereka memproyeksikan pertumbuhan untuk tahun ini akan melambat menjadi rata-rata sekitar 0,5%. Adapun laju rata-rata ekonomi AS pada 2012-2021 mencapai 2,1%. Goldman memiliki prospek paling cerah untuk tahun 2023, memprediksi pertumbuhan PDB AS mencapai 1%.
Editor: Handoyo .