Perbankan Bisa Pertahankan Suku Bunga Kredit Meski BI Rate Naik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan perbankan dalam mengatur suku bunga kreditnya bisa saja tak mengikuti kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). BI telah menaikkan suku bunga acuan BI rate pada April lalu sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%.

Jika menilik laporan Bank Indonesia (BI), pergerakan suku bunga kredit perbankan hingga April 2024 tercatat mengalami penurunan. Suku bunga kredit baru melanjutkan penurunan sebesar 46 bps dibandingkan bulan sebelumnya, dari 9,79% menjadi 9,33%.

Penurunan ini juga tercermin pada Rata-Rata Bergerak (RRB) tiga bulan untuk suku bunga kredit baru yang turun sebesar 8 bps, dari 9,82% ke 9,73%. Meski demikian, tren penurunan ini belum tercermin pada suku bunga kredit secara agregat yang masih stabil di level 9,25%.


“Ini sejalan dengan lebih terbatasnya pencairan kredit baru relatif terhadap total kredit di April 2024.” tulis laporan tersebut dikutip Minggu (9/6).

Baca Juga: Penyaluran KUR Dibayangi Pemburukan Kualitas Kredit, Begini Strategi Perbankan

Pengamat Ekonomi Perbankan Binus University, Doddy Arifianto menilai penurunan bunga kredit yang terjadi pada periode empat bulan pertama tahun ini merupakan dinamika persaingan industri. Dalam periode tersebut banyak korporasi yang akhirnya menahan untuk mengambil kredit.

Lebih lanjut, ia bilang kondisi penurunan bunga kredit kian terjadi setelah masa pemilu berakhir. Sebab, beberapa korporasi swasta mulai berani untuk mengambil kredit setelah mendapat kepastian dari hasil pemilu.

“Sektor swasta sudah update lagi untuk ambil kredit, perbankan berusaha mendapatkan itu dengan bersaing menurunkan bunga kreditnya,” ujar Doddy.

Ke depan, Doddy memproyeksikan penurunan suku bunga kredit mungkin belum akan terjadi lagi setelah bunga acuan naik, Namun, ia melihat urgensi bank untuk menaikkan bunga kredit juga belum terlihat, mengingat kenaikan bunga acuan pada April 2024 lalu bukan merupakan sinyal kebijakan moneter yang mengetat namun reaksi dari penguatan dolar.

Tak hanya itu, ia menyebut, kenaikan bunga kredit juga kemungkinan tak akan terjadi untuk bank-bank yang memiliki likuiditas longgar. Sebab, bagi bank yang memiliki likuiditas longgar perlu menyalurkan kredit dan bersaing bunga rendah di pasar.

“Bagi mereka yang likuiditasnya ketat dan tidak memberikan kredit, ya buat apa memberikan bunga kredit yang rendah,” kata Doddy.

Sependapat, Direktur Bisnis Bank Banten Rodi Judo bilang kenaikan suku bunga acuan bukan berarti membuat bank semerta-merta langsung menaikkan bunga kreditnya. Itu semua akan tergantung dengan kondisi likuiditas dari masing-masing bank.

Ia menggambarkan jika kondisi suatu bank memiliki likuiditas yang longgar, bank tersebut tentu mau menyalurkan kredit dan tak mau kehilangan pasarnya. Oleh karenanya, bank perlu rela kehilangan sedikit margin yang suatu saat bisa kembali.

“Toh, nanti bisa ditutup dengan aktivitas lain, misalnya untuk mendapatkan fee based income lainnya. Seperti naikin biaya tabungan itu kan juga berpengaruh,” ujar Rodi.

Di Bank Banten sendiri, Rodi bilang penentuan bunga kredit disesuaikan dengan target NIM yang ingin dicapai. Mengingat, tahun ini target NIM dari Bank Banten bisa mendekati 5% dan sekarang masih di kisaran 3,8%.

“Kredit kita untuk yang nasabah lama tidak dinaikkan karena khawatir jadi bad debt, tapi yang baru kita sesuaikan dengan pasar,” ujarnya.

Baca Juga: Meski Tumbuh, Penyaluran KUR Dibayangi Pemburukan Kualitas Kredit

Sementara itu, Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan, hingga April 2024, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Bank Mandiri pada seluruh segmen masih berada di level yang sama sejak Desember 2022.

Menurut Sigit, dalam menentukan suku bunga kredit, terdapat beberapa hal yang dipertimbangkan antara lain seperti suku bunga pasar, tingkat likuiditas, tingkat permintaan, struktur biaya dana, dan arah kebijakan regulator.

“Sehingga dalam merespon kenaikan suku bunga acuan, Bank Mandiri tidak secara langsung melakukan pass-through kepada nasabah dan debitur,” ujarnya.

Ke depannya, Sigit bilang dalam melakukan ekspansi kredit akan terus mendorong partumbuhan kredit di segmen retail sehingga portofolio Bank Mandiri dapat menghasilkan pendapatan bunga yang dapat mengimbangi tren kenaikan biaya dana di tengah kondisi tingginya suku bunga acuan. 

“Kami juga akan tetap berupaya menjaga tingkat biaya dana di level optimal untuk menjaga kestabilan tingkat suku bunga kredit dan profitabilitas,” imbuh Sigit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat