Perbankan dan konsumer masih bisa jadi penggerak IHSG sampai akhir Mei



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah turun dalam dan berada di level terendah sepanjang tahun 2018, indeks harga saham gabungan (IHSG) naik signifikan. Level terendah IHSG terjadi pada Selasa (8/5), yakni 5.774,72. Namun, pelemahan ini hanya berlangsung sehari, sebab pada penutupan perdagangan hari Rabu (9/5), IHSG langsung melonjak ke 5.907. Pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (11/5), IHSG ditutup di level 5.956,83, naik 0,83% dibanding hari sebelumnya.

Jika dicermati, ada beberapa saham yang selama sepekan terakhir mencatat kenaikan yang signifikan, seiring dengan peningkatan IHSG sejak kejatuhan di hari Selasa lalu. Berdasarkan data RTI, tercatat setidaknya ada 17 emiten yang sahamnya menjadi mover alias penggerak bursa. Ke-17 emiten tersebut antara lain IMAS, POLY, HMSP, AISA, WOOD, UNVR, BBNI, BMRI, BBTN, WSKT, UNTR, TRAM, IKAI, MEDC, ELSA, PTBA dan TARA.

Namun, tak semua saham emiten ini mendapat tempat di hati analis. Analis Indovest Semesta Sekuritas Aditya Perdana Putra misalnya, lebih memilih sektor perbankan yang kemungkinan masih dapat terus melanjutkan penguatan, meski diselingi adanya koreksi kecil.


Ia menyebut kenaikan IHSG selama sepekan didorong oleh dua sektor, yakni konsumer dan perbankan. Di sektor perbankan, kata Aditya didorong oleh saham-saham perbankan kelas kakap, seperti BBRI, BBNI, BMRI, BBTN dan BBCA. Namun, menurutnya kenaikan saham-saham ini akan tidak akan terus melaju signifikan hingga akhir bulan, kalaupun ada penguatan sifatnya masih terbatas.

Sektor perbankan pula yang menerima pukulan paling telak saat kejatuhan IHSG pekan lalu. Namun, penurunannya lebih disebabkan karena kondisi fundamental pasar sedang tidak bagus serta valuasi saham perbankan sudah cukup mahal.

Sekarang, investor baik asing maupun domestik sudah melakukan aksi beli di sektor perbankan ini. Cuma, peluang penguatan hingga akhir bulan dirasa Aditya tidak terlalu besar. Sebab, ada kemungkinan aksi profit taking dilakukan investor manakala harga saham mengalami kenaikan terus-menerus. "Market biasanya akan melakukan konsolidasi melihat prospek ke depan serta ada pula profit taking sesaat," ujar Aditya, Minggu (13/5).

Dari sisi fundamental, saham perbankan menurutnya masih bagus dengan kinerja bank-bank besar yang masih membukukan laba bersih di kuartal I-2018, serta masih membagikan dividen. Selain itu, kinerja bank-bank besar juga sudah di atas 20% dari target tahun 2018.

Dari saham-saham perbankan besar yang menjadi penggerak bursa selama sepekan, Aditya menyebut BBNI dan BBTN yang masih sangat layak dilirik investor. Sebab, price book value (PBV) dua bank ini lebih bagus dibanding BMRI, masing-masing 1,6x dan 1,5x. Untuk target harga BBNI dan BBTN dalam jangka pendek, selama dua pekan mendatang, masing-masing sebesar Rp 8.700 per saham dan Rp 3.300 per saham.

Penguatan saham BBNI dan BBTN ini kata Aditya sudah memperhitungkan terjadinya beberapa koreksi kecil dalam perdagangan jangka pendek, selama sepekan atau dua pekan mendatang. Koreksi besar terjadi apabila perusahaan diterpa isu negatif yang parah dan hal ini menurut Aditya kecil kemungkinkan terjadi. 

Sementara, koreksi kecil lebih mungkin terjadi lantaran terjadinya lebih disebabkan karena investor menjual sedikit demi sedikit saham untuk mendapatkan keuntungan harian.

Kepala Riset Narada Kapital Kiswoyo Adi Joe berpendapat, penggerak IHSG saat ini adalah saham-saham blue chip. Jadi, ketika IHSG mau naik, maka yang terlihat lebih dulu adalah saham-saham blue chip. Menurutnya, sektor perbankan ke depan bisa terus menjadi penggerak IHSG. Pasalnya, sektor keuangan dari bank-bank seperti BBNI, BBRI, BMRI dan BBCA sudah menyumbang 30% untuk IHSG.

Sektor kedua yang bakal menjadi penggerak IHSG adalah konsumer dengan emitennya, UNVR dan HMSP serta diikuti nanti dengan INDF dan ICBP, meski dua saham terakhir yang disebut Kiswoyo ini tak masuk dalam saham-saham penggerak IHSG selama sepekan terakhir.

"Secara fundamental saham-saham yang sudah saya sebut ini bagus dan masih mencatatkan keuntungan," kata Kiswoyo.

UNVR, meski banyak orang mengatakan performanya sedikit tidak bagus karena pendapatan turun. Namun, Kiswoyo menganggap secara fundamental UNVR masih bagus dan skala keuntungan UNVR adalah triliun bukan miliar. Maksudnya, menggandakan untung dari Rp 1 miliar ke Rp 2 miliar itu mudah, namun menurut Kiswoyo menggandakan keuntungan Rp 1 triliun menjadi Rp 2 triliun itu tidak mudah.

UNVR menurut Kiswoyo masih sangat layak lirik, lantaran ada momen puasa, lebaran, libur sekolah dan pilkada yang ia katakan akan ada banyak uang menyebar. Saat ini harga saham UNVR berada di level Rp 49.000 dan sudah naik 3.800 poin. Namun, menurut Kiswoyo harga wajar saham UNVR masih bisa naik sampai Rp 65.000 per saham.

"Kalau investor masuk sekarang, buy, tidak masalah. Banyak orang bilang valuasinya sudah mahal tapi menurut saya masih bisa naik lagi," kata Kiswoyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi