Perbankan Dapat Insentif Berlimpah Untuk Kredit Sektor Padat Karya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berkaca pada kasus pailitnya PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), sektor padat karya kini menjadi sorotan. Dampaknya, pemerintah berencana mengeluarkan insentif untuk kredit investasi ke sektor tersebut.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto setelah melakukan Rapat Koordinasi bersama beberapa menteri. Airlangga bilang pemerintah sedang menyiapkan insentif khusus untuk sektor padat karya terutama untuk revitalisasi permesinan.

Hanya saja, Airlangga belum menjelaskan skema seperti apa yang akan diberikan untuk insentif ini. Menurutnya, beberapa teknis masih perlu dibahas sebelum insentif tersebut bakal dikeluarkan.


“Nanti masih akan dibahas dengan Kementerian Keuangan maupun dengan perbankan,” ujar Airlangga, Minggu (3/11).

Baca Juga: Penyaluran Pembiayaan Kendaraan Listrik Catat Tren Positif hingga September 2024

Bagi sektor padat karya sendiri, perbankan juga saat ini sudah mendapatkan insentif dari Bank Indonesia (BI). Adalah, kebijakan insentif makroprudensial (KLM) yang diharapkan bisa menambah likuiditas bank untuk menyalurkan kredit ke sektor-sektor padat karya.

Sebelumnya,  Gubernur BI Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa saat ini kredit korporasi lebih banyak ditopang oleh sektor padat modal. Sementara, Perry bilang permintaan kredit korporasi untuk sektor kredit padat karya masih perlu ditingkatkan.

Jika menilik laporan keuangan beberapa bank KBMI 4, sejatinya kredit ke sektor-sektor padat karya memberikan kontribusi besar pada kredit bank. Ambil contoh, kredit ke industri manufaktur yang sebagian juga merupakan padat karya.

Ambil contoh, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatat kredit ke sektor manufaktur mencapai Rp 144,94 triliun per September 2024. Angka tersebut mencapai 19,79% dari total kredit BNI di periode tersebut senilai Rp 735,02 triliun.

Selanjutnya, ada juga PT Bank Mandiri Tbk yang mencatat kredit di sektor-sektor padat karya seperti sektor pengolahan mengalami pertumbuhan 18,6% yoy. Nilainya sekitar Rp 178,32 triliun dari total kredit Bank Mandiri senilai Rp 1.590 triliun.

Tak mau kalah, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga memiliki kredit-kredit di sektor manufaktur cukup tinggi senilai Rp 174,83 triliun. Hanya saja, dari kredit senilai itu, kredit yang tergolong dalam kategori macet senilai Rp 8,31 triliun.

Corporate Secretary Bank Mandiri Teuku Ali Usman bilang Bank Mandiri akan terus mendukung pertumbuhan ekonomi sehingga dapat berdampak pada menggeliatnya sektor-sektor padat karya termasuk pengolahan (manufaktur), industri tekstil dan produk tekstil maupun ke sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan di tanah air.

“Terlebih, sektor-sektor tersebut membutuhkan dukungan dari segala pihak termasuk stakeholder terkait,” ujar Ali, Senin (4/10).

Oleh karenanya, ia mendukung rencana pemerintah memberikan insentif bagi kredit investasi di sektor-sektor padat karya. Ia meyakini penyaluran kredit ke sektor-sektor tersebut dapat mendorong perekonomian kerakyatan yang dicanangkan oleh pemerintah. 

Lebih lanjut, ia bilang pertumbuhan kredit Bank Mandiri juga akan difokuskan kepada sektor-sektor yang prospektif sesuai Loan Portfolio Guideline dengan tetap menjaga tingkat diversifikasi portofolio sesuai risk appetite serta tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Sementara itu, EVP Corporate and Social Responsibility BCA Hera F Haryn bilang insentif yang diberikan seperti KLM ke sektor padat karya merupakan hal positif dalam mendorong pertumbuhan kredit. Sebab, itu bisa mendorong peningkatan lapangan kerja.

Ke depannya, ia bilang BCA senantiasa akan menyalurkan kredit ke sektor-sektor potensial, tentunya dengan memperhatikan berbagai pertimbangan seperti kondisi perekonomian domestik maupun global.

“Kontributor terbesar bagi pertumbuhan total kredit BCA adalah sektor jasa keuangan dan pertambangan non-migas,” ujarnya.

Baca Juga: Moncer, Bank Mandiri (BMRI) Catat Laba Bersih Rp 42 Triliun per September 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati