KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank tengah berupaya menjual aset-asetnya yang sudah memburuk secara
bulk sales atau gelondongan. Langkah itu diharapkan bisa segera menurunkan rasio kredit macet atau
non performing loan (NPL) bank secara signifikan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mengaku, terdapat sejumlah bank yang sedang atau akan mengajukan skema transaksi tersebut. Tetapi OJK tak menyebut secara spesifik siapa saja bank sedang atau akan mengajukan. "Dalam hal terdapat bank yang mengajukan, OJK akan melakukan pengkajian atas permohonan yang diajukan dengan memperhatikan
case yang ada serta kesesuaian dengan ketentuan yang berlaku, tata kelola yang baik, serta penerapan manajemen risiko," ungkap Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae, Jumat (9/6).
Terlebih, untuk aktivitas/produk yang lebih kompleks, OJK perlu melakukan pendalaman
assesment antara lain yang berkaitan dengan mekanisme pencatatan, pengakuan aset, pengakuan beban/pendapatan, serta pelaporannya.
Baca Juga: Banyak Ikut Kredit Sindikasi, BPD Turut Menanggung Utang Jumbo BUMN Karya Salah satu bank yang memang tengah berupa menjual aset secara
bulksales adalah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Bank ini sedang menjajaki penjualan NPL secara
bulksales lewat skema
asset swap atau tukar guling aset dengan surat berharga. BTN menargetkan penjualan NPL sebesar Rp 1 triliun tahun ini lewat skema ini. Direktur Assets Management Bank BTN Elisabeth Novie Riswanti menyampaikan, sampai dengan kuartal I-2023, untuk program
bulk sales di Bank BTN masih tetap berproses. Sampai dengan saat ini secara internal BTN telah selesai menyiapkan berbagai hal untuk mendukung pelaksanaan
bulk sales tersebut, termasuk aturan dan kebijakannya. Karena skema ini pertama kali dilakukan oleh bank BUMN. "Saat ini kami juga masih terus berkoordinasi dengan
stakeholders dan regulator agar
bulk sales ini memenuhi ketentuan-ketentuan dan juga GCG
(good corporate governance)," ujar Elisabeth.
Baca Juga: NPL Perbankan Tunjukkan Kenaikan, Begini Respons Bankir Aset NPL yang akan dijual tersebut merupakan proyek pembangunan
high rise building yang bermasalah di masa lalu. Dengan target penjualan NPL sebesar Rp 1 triliun. Sampai dengan triwulan pertama tahun 2023,
recovery kredit yang telah dihapus buku BTN meningkat 67,1% dibandingkan periode yang sama tahun 2022, dan ditargetkan sampai dengan akhir tahun 2023 dapat secara konsisten meningkat dibandingkan pencapaian tahun 2022. Dengan berbagai upaya penyelesaian NPL di tahun 2023, Bank BTN menargetkan rasio NPL pada akhir tahun 2023 bisa di bawah 3%, jauh lebih baik jika dibandingkan pencapaian tahun 2022 yang sebesar 3,38%. Berdasarkan laporan kinerja, total target penjualan aset BTN sebesar Rp 1,07 triliun, termasuk NPL sebesar Rp 800 miliar. Dengan estimasi pelepasan sekitar Rp 700 miliar. Hal tersebut bertujuan untuk menurunkan NPL sebesar 268 bps dan LAR sebesar 36 bp.
Baca Juga: Kualitas Kredit Bank Menurun, Tapi Masih Tahap Wajar PT Bank KB Bukopin Tbk (
BBKP) tahun ini juga akan melakukan penjualan kredit bermasalah secara
bulk sales dengan skema
asset swap sebagai strategi memperbaiki rasio NPL.
Deputy President Director KB Bukopin Robby Mondong mengatakan, BBKP menargetkan akan menjadi bank bersih sesuai dengan ketentuan regulator dengan menjual kredit macet sekitar Rp 10 triliun. "Penjualan akan dilakukan secara
bulk sales melalui dua cara yaitu likuidasi tertentu dan melalui penerbitan obligasi syariah," katanya. Sepanjang 2022, KB Bukopin sudah berhasil menjual Rp 5,4 triliun kredit bermasalah. Alhasil,
loan at risk KB Bukopin secara nilai telah turun menjadi Rp 10 triliun. Adapun rasio NPL gross BBKP per kuartal I-2023 turun jadi 6,98% dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 11,76%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati