KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor perbankan makin gencar mencari pendanaan melalui penerbitan surat utang. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung ekspansi bisnis pada tahun ini. Melalui penerbitan tersebut, diharapkan penyaluran kredit ikut meningkat. KB Bukopin misalnya, memperoleh pinjaman senilai US$ 300 juta atau setara Rp 4,41 triliun melalui skema penerbitan obligasi sosial dari International Finance Corporation (IFC) yang merupakan entitas yang terafiliasi dengan World Bank. Presiden Direktur Bank KB Bukopin Woo Yeul Lee mengatakan, dana hasil obligasi tersebut akan digunakan untuk mendanai inisiatif sosial yang fokus pada penanganan dampak sosial akibat Covid-19.
"Selain itu, untuk pembiayaan pada segmen sosial seperti UMKM, perumahan yang terjangkau, perawatan kesehatan, pendidikan dan infrastruktur," kata Woo di Jakarta, Selasa (30/8). Secara rinci, obligasi tersebut terbagi dalam dua tahap. Pertama, berupa pinjaman senilai US$ 240 juta (Rp 3,53 triliun) yang dipinjam oleh KB Singapura. Kemudian pinjaman tersebut disalurkan kepada KB Bukopin.
Baca Juga: Bank BTN, Mandiri dan Bukopin Gencar Lakukan Penjualan Aset Busuk Tahun Ini Kedua, pinjaman secara langsung kepada KB Bukopin senilai US$ 60 juta atau setara dengan Rp 882,78 miliar. Adapun penerbitan obligasi ini sudah disepakati Mei 2022 dan pencairannya dilakukan secara bertahap hingga akhir September 2022. Sementara itu, Bank BTN telah menghimpun dana senilai Rp 2,5 triliun dalam Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan (PUB) IV hingga 11 Agustus 2022. Nilai itu mencapai 31,25% dari target dana yang direncanakan senilai Rp 8 triliun. Obligasi tersebut dalam tiga seri. Seri A sebanyak Rp 577 miliar dengan tingkat bunga 6,75 %, seri B Rp 727 miliar dengan tingkat bunga 7,8 %, seri C sebanyak Rp 196 miliar dengan tingkat bunga 8,4%. Sementara itu, PUB IV tahap II 2022 senilai Rp 1 triliun terbagi dalam dua seri. Seri A Rp 600 miliar dengan tingkat bunga 5,5% dan seri B Rp 400 miliar dengan tingkat bunga 6%. "Sisa dana yang tidak dihimpun pada PUB IV adalah sebesar Rp 5,5 triliun yang tidak diterbitkan melalui PUB IV, karena pertimbangan kondisi pasar dan likuiditas perseroan," kata BTN dikutip dari keterbukaan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Baca Juga: Bank Ramai-ramai Merilis Super App, Apa Saja Fitur Andalannya? Unit Usaha Syariah (UUS) Bank CIMB Niaga juga berencana menerbitkan sukuk hijau senilai Rp 1 triliun. Namun Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara menyatakan masih menunggu keputusan pada September mendatang. "Kami akan putuskan nanti, apakah akan dilakukan pada kuartal IV 2022 atau kuartal I tahun depan," terang Pandji. Sebab, perusahaan mempertimbangkan waktu yang tepat karena terkait dengan pembiayaan berkelanjutan. Di sisi lain, dana juga masih melimpah dan kupon sukuk cenderung lebih mahal dari pendanaan lain. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari