Perbankan Lebih Bank Garap Pasar Domestik



JAKARTA. Perbankan Indonesia diharapkan bisa menggarap pasar domestik lebih baik daripada berdebat tentang asas resiprokal. Hal ini diungkapkan oleh Ekonom Senior Standard Chartered Bank Indonesia Fauzi Ichsan dalam diskusi bertajuk Tantangan Perbankan dalam Menghadapi Globalisasi, Selasa (10/8).

Isu asas resiprokal mengemuka karena banyak keluhan dari bankir bank-bank nasional yang kesulitan membuka cabang di luar negeri. Banyak restriksi dan batasan-batasan yang diberikan, yang kesemuanya memberikan sinyal sulitnya mendirikan bank di negara-negara asing.

Fauzi bilang pasar kredit di Indonesia masih sangat besar. Maklum, kontribusi kredit perbankan untuk Produk Domestic Bruto (PDB) masih di bawah 30%. "Artinya pangsa pasar kredit di Indonesia masih tinggi, jika dibandingkan China yang Kontribusi kredit terhadap PDB sudah 100%. ā€¯Artinya pasar kredit sudah terlalu ketat. apa mampu Bank Indonesia bertahan," ujarnya. Menurut Fauzi Net Interest Margin (NIM) bank di Indonesia pun masih tinggi ketimbang bank di negara lain. "Di Indonesia NIM bank masih di atas 5% sementara negara lain NIM-nya sudah 2%-3% karena itulah banyak bank asing yang masuk ke Indonesia," tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.