Perbankan Lokal Masih Kesulitan Mengurangi Porsi Kredit ke Sektor Batubara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan dalam negeri tampaknya masih sulit untuk mengurangi porsi pembiayaan ke sektor batubara. Maklum, kebutuhan batubara di dalam negeri sebagai sumber energi masih besar. Peralihan ke energi bersih untuk di dalam negeri pun dianggap masih membutuhkan waktu.

Padahal sejumlah bank asing sudah sepenuhnya menutup diri terhadap pembiayaan baru di sektor batubara. Alhasil, kebutuhan pendanaan sektor ini kini mengandalkan perbankan lokal.

Sejumlah bank tercatat mengalami kenaikan portofolio kredit ke sektor batubara. Kenaikan portofolio kredit sektor batubara di antaranya ditorehkan oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).


Berdasarkan materi analis meeting kinerja kuartal III-2023, portofolio kredit batubara BNI tercatat 3% dari total kredit perbankan pelat merah itu yang mencapai Rp 664,1 triliun secara bank only.

Rincian kredit ke sektor batubara itu terdiri dari 83,8% untuk pertambangan batubara, 11,2% pemasok peralatan batubara, 1,8% perdagangan batubara, dan 1,2% industri briket.

Baca Juga: Kredit UMKM BCA Capai Rp 113 Triliun Per Kuartal III-2023

Besaran porsi kredit batubara di BNI pada kuartal III-2023 itu tumbuh. Mengingat di periode yang sama tahun lalu, porsi kredit untuk sektor batubara masih 2,5% dari total kredit Rp 622,6 triliun secara bank only.

Sementara itu, berdasarkan materi paparan kinerja kuartal III-2023 Bank Mandiri (Persero) mencatatkan portofolio kredit batubara sebesar 3,2% dari total kredit bank only yang mencapai Rp 1.016 triliun per September 2023. Porsinya naik dari 2,2% dari total kredit bank only sebesar Rp 907,8 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri Alexandra Askandar mengatakan, pihaknya tidak menampik bahwa Bank Mandiri pada akhirnya akan berencana untuk mengurangi kredit di sektor batubara.

“Target akhirnya tentunya demikian. Namun, sebagai bank BUMN, Bank Mandiri berkomitmen untuk terus mendorong dan mendukung agenda prioritas pemerintah termasuk menjamin ketersediaan energi nasional,” ucap Alexandra dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja Kuartal III 2023 beberapa waktu lalu.

Alexandra menegaskan, hal tersebut dilakukan salah satunya melalui pembiayaan proyek energi dan rantai pasoknya, termasuk pembangkit listrik. Di dalam praktiknya, Bank Mandiri memastikan proyek yang dibiayai sesuai dengan timeline dan roadmap dari pemerintah dalam hal transisi energi menuju Net Zero Emission.

Selain kedua bank BUMN itu, kredit ke sektor batubara yang digelontorkan Bank Danamon tergolong kecil.

Direktur Bank Danamon Indonesia Dadi Budiana mengungkap, porsi kredit untuk batubara tidak mencapai 1% dari total portofolio kredit Bank Danamon. Adapun hingga kuartal III-2023, Bank Danamon mencatatkan total kredit dan trade finance mencapai Rp 166,2 triliun.

Baca Juga: Perbankan Optimistis Penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor Melaju Kencang di 2024

“Secara umum Danamon tidak aktif di sektor batubara. Kredit ke sektor ini sangat kecil,” ungkap Dadi kepada Kontan.co.id, Selasa (04/12).

Dadi memproyeksikan, porsi kredit batubara Bank Danamon ke depannya masih tidak akan mencapai 1%, atau setidaknya Bank Danamon masih konsisten untuk tidak aktif dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor batubara di tahun 2024.

Sejalan, CIMB Niaga pun berkomitmen menghentikan pembiayaan batubara termal pada tahun 2040. Direktur Business Banking CIMB Niaga Rusly Johannes menyebut, komitmen ini telah dideklarasikan sejak tahun 2021.

Namun, Rusly tidak menyebutkan berapa porsi pembiayaan yang perseroan salurkan ke sektor batubara sejauh ini. Adapun hingga kuartal III-2023, CIMB Niaga mencatatkan kredit sebesar Rp 205,6 triliun dari sisi intermediasi (atau Rp 205,5 triliun di luar pembiayaan Salam).

 “CIMB Niaga aktif dalam memberikan dorongan dan aspirasi serta edukasi kepada nasabah untuk meningkatkan dampak positif serta meminimalkan dampak negatif pada lingkungan dengan melakukan transisi ke ekonomi hijau,” ucap Rusly.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari