KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan mulai ramai melakukan transaksi pasar uang antar bank (PUAB) sejak awal tahun. Data Bank Indonesia (BI) mencatatkan frekuensi rata-rata transaksi PUAB 76 juta di Januari 2022. Naik 5,56% year on year (yoy) dari 72 juta di Januari 2021. Namun secara volume, transaksi PUAB hanya mencapai Rp 6,47 triliun di bulan pertama 2022. Nilai ini turun 7,83% yoy dari periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 7,02 triliun. Artinya, meski secara jumlah sudah meningkat, likuiditas yang masih membuat perbankan tidak terlalu dalam memanfaatkan mekanisme ini.
Padahal, suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah dan likuiditas yang longgar mendorong suku bunga kredit perbankan dalam tren terus menurun. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan suku bunga PUAB overnight turun sebesar 26 basis poin sejak Desember 2020 menjadi 2,78% per Desember 2021. Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menyatakan ke depannya dengan perbaikan perekonomian dan pengendalian Covid-19 akan mendorong permintaan kredit. Sehingga transaksi PUAB masih memiliki peluang untuk terus meningkat secara signifikan.
Baca Juga: Bankir Mengoptimalkan Mekanisme PUAB dalam Mengelola Likuiditas “Namun, saat ini likuiditas perbankan masih berlimpah, sehingga mekanisme pencarian dana di pasar uang antar bank pun masih belum terlihat. Sehingga, permintaan PUAB akan lebih besar di mulai dari kuartal berikutnya seiring bank agresif menyalurkan kredit,” paparnya kepada Kontan.co.id. Direktur Keuangan Bank Central Asia Vera Eve Lim menyatakan transaksi PUAB yang dilakukan oleh bank secara volume pada periode Januari hingga Februari 2022 naik sekitar 20% yoy. “Bank dalam mengelola likuiditas akan memanfaatkan semua instrumen yang ada di pasar tidak hanya dengan PUAB namun bisa juga dengan instrumen Repo. Ke depannya, penggunaan instrumen repo ini akan terus meningkat seiring dengan semakin berkembangnya pasar keuangan di Indonesia,” ujarnya kepada Kontan.co.id. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi AS Aturridha menyatakan kondisi likuiditas Bank Mandiri sangat terjaga dengan baik sejak kenaikan Giro Wajib minimum (GWM) per 1 Maret 2022.
Dalam mengelola likuiditas, Bank Mandiri terus menjaga kecukupan pemenuhan indikator risiko likuiditas dan optimalisasi pendanaan yang dimiliki. “Salah satu aktivitas dalam pengelolaan likuiditas yang optimal adalah menggunakan instrumen money market yang tersedia di Pasar Uang Antar Bank (PUAB),” jelasnya. Ia mengakui, selama ini Bank Mandiri berpartisipasi aktif dalam transaksi PUAB, termasuk transaksi repo antarbank, baik untuk optimalisasi akses ataupun pemenuhan likuiditas. Hal ini juga untuk mendukung Bank Indonesia dalam pendalaman pasar moneter. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari