KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan masih akan menempatkan likuiditas yang berlebih di surat berharga negara (SBN). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian keuangan, penempatan dana bank di SBN mencapai Rp 1.734,82 triliun per 23 Desember 2022. Nilai itu tumbuh 8,72% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 1.595,63 triliun. Kendati laju penyaluran kredit tercatat lebih tinggi dibandingkan penempatan dana bank di SBN, perbankan masih akan mengoptimalkan likuiditas yang ada dengan memarkir dana di SBN dan surat berharga lainnya.
Baca Juga: Margin Bank di Indonesia Paling Tinggi Sekawasan Bank Indonesia mencatat, penyaluran kredit oleh perbankan pada November 2022 tumbuh 10,8% secara tahunan menjadi Rp 6.317 triliun. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) mencatat total kepemilikan SBN hingga November 2022 sebesar Rp 209,56 triliun. Dengan penempatan 25,84% di pasar perdana dan 74,16% di pasar sekunder. Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan, kepemilikan perbankan atas SBN di tahun 2022 mengalami fluktuasi sejalan dengan kondisi likuiditas perbankan. "Tren kepemilikan secara industri mengalami kenaikan secara sejak awal tahun hingga bulan November 2022. Namun, kondisi di masing-masing perbankan sangat terpengaruh dengan laju pertumbuhan kredit dan simpanan masing-masing bank," kata Aestika kepada kontan.co.id, Jumat (23/12). Menurut Aestika, salah satu strategi penempatan dana pada surat berharga dilakukan melalui reinvestasi surat berharga yang jatuh tempo. Selain itu penempatan dana pada surat berharga juga dilakukan dalam hal terdapat kelonggaran tambahan dari sisi likuiditas bank. Hingga akhir November 2022 tercatat penyaluran kredit BRI (bank only) mencapai Rp 1.014 triliun atau tumbuh 6,55% yoy. Sementara PT Bank Central Asia (BCA) mencatat dana yang ditempatkan dalam surat berharga mencapai Rp 239,5 triliun per Oktober 2022, atau naik 5,4% secara tahunan.
Baca Juga: NIM Perbankan Indonesia Masih Tetap Paling Tinggi di Asean "BCA mencermati bahwa penempatan dana pada instrumen surat berharga sebagai bagian dari strategi pengelolaan likuiditas perusahaan serta mendukung perekonomian nasional di tengah tantangan terkini. Hal ini juga untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat," papar Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn. Ke depan, BCA berkomitmen untuk mengelola likuiditas dan menyalurkan kredit secara prudent, dengan senantiasa mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko. BCA juga tetap mengkaji peluang di berbagai sektor sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian. Per Oktober 2022 total kredit BCA secara bank only naik 14,4% secara tahunan menjadi Rp 681,4 triliun. Pertumbuhan kredit BCA terjadi di seluruh segmen sejalan dengan pemulihan yang semakin luas di berbagai sektor ekonomi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi