KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah multifinance mengungkapkan sumber pendanaan masih didominasi perbankan meskipun suku bunga acuan atau BI Rate masih tinggi yakni 6,25%. Di sisi lain Pefindo mencatat penerbitan obligasi multifinance masih sepi yakni hanya mencapai 29% dibanding catatan di sepanjang 2023. Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno walaupun suku bunga tinggi namun perusahaan pembiayaan masih bisa mengatasi tantangan tersebut. Dia menjelaskan bahwa multifinance biasanya akan menaikkan lagi suku bunga bagi debitur yang baru untuk menjaga kinerja perusahaan.
"Likuiditas masih aman, perbankan masih menyalurkan kredit dan kenaikan suku bunga masih oke kita terima dan kita antisipasi," kata Suwandi kepada Kontan.co.id, Senin (24/6).
Baca Juga: Toyota Astra Financial Salurkan Pembiayaan Rp 13,8 Triliun Per April 2024 Sementara itu dari sisi perusahaan pembiayaan, Direktur KreditPlus Peter Halim menyatakan bahwa pendanaan yang didapat perusahaan cukup bervariasi mulai dari bank, institusi keuangan non-bank, hingga pendanaan dari penerbitan obligasi. "Namun memang secara porsi, pendanaan KreditPlus mayoritas merupakan pinjaman dari bank dan sisanya berasal dari obligasi yang diterbitkan pada tahun 2022 dan 2023," kata Peter. Adapun sampai saat ini, KreditPlus mencatat fasilitas pendanaan baru dari kreditur mencapai Rp 6 triliun, dan di akhir tahun 2024 perusahaan multifinance ini berencana melakukan Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan I KB Finansia Multi Finance Tahun 2024.
Baca Juga: Suku Bunga Masih Tinggi, Leasing Atur Pendanaan Kemudian anak perusahaan PT Astra International Tbk, PT Federal International Finance (FIF) mengatakan perusahaan senantiasa antisipatif menghadapi tingginya suku bunga. Oleh sebab itu perusahaan melakukan diversifikasi dengan menerbitkan obligasi. Direktur FIF, Daniel Hartono mengungkapkan bahwa pada April 2024 lalu FIF telah menerbitkan obligasi dan berencana menerbitkan kembali di September mendatang. "Pinjaman lainnya sebagai bentuk mitigasi risiko likuiditas terhadap sepinya market obligasi, perusahaan juga melakukan diversifikasi pinjaman ke bank baik dalam negeri maupun luar negeri," kata Daniel. Adapun saat ini FIF mencatat pendanaan masih diperoleh dari bank dalam dan luar negeri, serta dari penerbitan obligasi. Adapun porsinya masing-masing sekitar 30%-35%.
Baca Juga: Kredit Macet Multifinance Meningkat Hingga April 2024, Cermati Pemicunya Direktur Operasional BRI Finance, Willy Halim Sugiardi mengatakan, sebagai anak usaha Bank BRI maka perusahaan masih mengandalkan pendanaan dari induk yaitu Bank BRI sendiri. Meski begitu, perusahaan juga melakukan diversifikasi untuk mendapat pendanaan dari surat berharga. Adapun pendanaan BRI Finance mayoritas dari perbankan mencapai lebih dari 80%, dan dan sisanya berasal dari surat berharga (MTN & Obligasi) sekitar 20%. "Di tengah kondisi kenaikan suku bunga, BRi Finance menetapkan strategi diversifikasi sumber pendanaan dengan mengedepankan pengelolaan risiko suku bunga yang optimal. Penerbitan Obligasi oleh BRI Finance tetap menjadi salah satu pertimbangan sumber pendanaan," ucap Willy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati