JAKARTA. Prospek industri perbankan Indonesia terus membaik. Satu indikatornya, hasil uji ketahanan (stress test) Bank Indonesia (BI) memperlihatkan, di awal tahun ini industri perbankan masih aman dari hantaman krisis ekonomi global yang mulai berimbas ke penurunan aktivitas ekonomi domestik. Krisis global berefek ke perlambatan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga perbankan nasional, tapi rasio kecukupan modal (CAR) bank tetap kuat. Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah, mengatakan rasio kecukupan modal atau kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) perbankan masih mampu menyerap risiko kredit dan risiko pasar, meski ada beberapa bank mengalami tekanan modal. Mengacu ke data BI per April 2013, rasio pemenuhan kecukupan modal minimum naik 77 basis poin (bps) menjadi 18,74%, sedangkan rasio modal inti terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) naik 83 bps menjadi 16,94%. "Risiko kredit merupakan risiko paling signifikan. Namun berdasarkan skenario baseline hasil stress test kami terhadap risiko kredit menunjukkan, perbankan masih mampu menahan risiko kredit tersebut," papar Halim, Senin (24/6). Sebagai catatan, rasio kredit bermasalah pada seluruh sektor kredit naik 3,64% menjadi Rp 55,28 triliun dari periode sama tahun sebelumnya senilai Rp 53,33 triliun.
Perbankan masih tahan melawan krisis
JAKARTA. Prospek industri perbankan Indonesia terus membaik. Satu indikatornya, hasil uji ketahanan (stress test) Bank Indonesia (BI) memperlihatkan, di awal tahun ini industri perbankan masih aman dari hantaman krisis ekonomi global yang mulai berimbas ke penurunan aktivitas ekonomi domestik. Krisis global berefek ke perlambatan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga perbankan nasional, tapi rasio kecukupan modal (CAR) bank tetap kuat. Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah, mengatakan rasio kecukupan modal atau kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) perbankan masih mampu menyerap risiko kredit dan risiko pasar, meski ada beberapa bank mengalami tekanan modal. Mengacu ke data BI per April 2013, rasio pemenuhan kecukupan modal minimum naik 77 basis poin (bps) menjadi 18,74%, sedangkan rasio modal inti terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) naik 83 bps menjadi 16,94%. "Risiko kredit merupakan risiko paling signifikan. Namun berdasarkan skenario baseline hasil stress test kami terhadap risiko kredit menunjukkan, perbankan masih mampu menahan risiko kredit tersebut," papar Halim, Senin (24/6). Sebagai catatan, rasio kredit bermasalah pada seluruh sektor kredit naik 3,64% menjadi Rp 55,28 triliun dari periode sama tahun sebelumnya senilai Rp 53,33 triliun.