Perbankan memprediksi NIM tahun ini menyusut



JAKARTA. Sejumlah bank memproyeksikan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) pada tahun ini menyusut. Proyeksi penurunan NIM tersebut bukan karena efisiensi, seperti pemangkasan bunga kredit, namun dipicu kenaikan biaya dana atau cost of fund yang berefek pada penyusutan laba.

NIM adalah selisih bunga kredit dengan bunga simpanan nasabah. Besar kecilnya NIM mempengaruhi pendapatan bank dari bunga. Artinya, jika bank memproyeksi penurunan NIM, maka laba tahun ini tak akan sekinclong pencapaian tahun lalu, kecuali bank mengerek pendapatan nonbunga, seperti pendapatan komisi (fee based income).

Direktur Keuangan Bank Danamon Indonesia, Vera Eve Lim, memperkirakan NIM tahun ini sebesar 9% atau lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 9,1%. Penyebabnya, kenaikan beban bunga simpanan di tengah persaingan mendapatkan nasabah. "Biaya dana harus bersaing agar dapat memperoleh dana," kata dia, pekan lalu.


Demi mengimbangi penurunan margin, Bank Danamon akan menggenjot pendapatan operasional dan penyaluran kredit dengan target pertumbuhan kredit sekitar 16%-18%. Tahun ini, Danamon akan mengerek bunga kredit. Selain itu, Danamon akan mengerek fee based income.

Bank OCBC NISP juga menaksir penurunan NIM sekitar 0,1% menjadi 4% pada 2014. Penurunan NIM OCBC sudah terasa sejak akhir 2013, yakni sebesar 4,1%. Pada Desember 2012, OCBC mencetak NIM sebesar 4,2%. "Kami akan mengelola likuiditas dengan baik sehingga biaya dana tidak naik tinggi," ungkap Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP.

Manajemen Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga melihat NIM akan sedikit tertekan pada tahun ini. Hal itu dipicu oleh kenaikan biaya dana, sementara BRI selektif mengerek bunga kredit. "Kami hati-hati menaikkan bunga kredit agar tidak terjadi NPL. NIM mungkin bisa lebih rendah 10 bps-25 bps," tutur Achmad Baiquni, Direktur Keuangan BRI. Pada 2013, BRI mencetak NIM 8,55%, naik dari posisi 2012 sebesar 8,42%.

Sedangkan Bank Mandiri mengklaim memiliki NIM paling rendah dibanding bank lain. Hal itu lantaran Mandiri memiliki struktur dana lebih banyak di low cost fund. Pada akhir 2013, NIM Mandiri hanya tumbuh 0,11% dari 5,46% menjadi 5,57%. "NIM kami terbantu peningkatan low cost fund yang tumbuh 13,9% menjadi Rp 360 triliun," ucap Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Mandiri.

Direktur Keuangan Mandiri, Pahala N Mansury, berharap Mandiri bisa menjaga NIM tahun ini pada posisi yang sama dengan tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro