Perbankan mendulang laba dari transaksi valas



JAKARTA. Memasuki tahun 2015, lalu lintas barang dan jasa antara sepuluh negara ASEAN bakal semakin ramai. Maklum, tahun depan Indonesia dan seluruh negara anggota ASEAN bakal memasuki era perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Bagi industri perbankan, pasar bebas ASEAN baru mulai berlaku pada tahun 2020. Namun, perbankan bersiap mendulang laba dari maraknya lalu lintas perdagangan. Hal ini terkait rencana Bank Indonesia (BI) yang bakal menerbitkan aturan penerapan real time gross settlement (RTGS) multi currency alias valuta asing (valas).

"Kami akan mengatur setelah pengembangan infrastruktur RTGS yang baru selesai," ujar Rosmaya Hadi, Direktur Eksekutuf Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI, kepada KONTAN, kemarin. Yang pasti, Rosmaya menjanjikan aturan ini bakal terbit dalam waktu dekat. Dia menyebut, aturan RTGS multi curreny sudah selesai 100%.


Sejumlah bank papan atas menyatakan sistem mereka sudah mumpuni menjalankan praktik RTGS multi curreny.Presiden Direktur BCA, Jahja Setiatmadja, mengatakan, sistem yang saat ini melayani transaksi RTGS tidak bakal jauh berbeda dengan RTGS multi curreny. "Hanya saja selama ini hanya untuk mata uang rupiah. Jadi kami siap," ujar Jahja, Selasa, (4/2).

Muhammad Ali, Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyatakan, pihaknya membidik laba dari transaksi yang berhubungan dengan kegiatan ekspor impor sesama negara ASEAN. "Komoditas hasil alam, seperti kelapa sawit, batu bara dan gas," jelas Ali. Soal sistem, BRI pun mengaku sudah mumpuni.

Tak jauh berbeda, Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan sistem baru seperti aplikasi, hardware, dan sumber daya manusia (SDM) untuk melaksanakan RTGS multi currency.

Jika kebijakan RTGS multi currency sudah diterapkan, sistem baru ini diperkirakan bisa menampung lonjakan transaksi. "Volume transaksi RTGS Bank Mandiri saat ini mencapai puluhan triliun per hari," ujarnya. Tri Joko, Direktur Keuangan Bank Bukopin, menyampaikan, pihaknya tidak memburuhkan dana besar untuk membangun infrastruktur RTGS multi currency. "Hanya membutuhkan tambahan jaringan dan server.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina