KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk keuangan berkelanjutan atau
environmental, social, and corporate governance (ESG) perbankan semakin ramai. Bila selama ini, bank hanya fokus menyalurkan kredit ke sektor ESG, kini perbankan mulai menghadirkan berbagai produk simpanan berbasis ESG. PT Bank UOB Indonesia misalnya berencana untuk merilis produk simpanan berbasis ESG. IG Resources and Property Head UOB Indonesia Susanto Lukman menyatakan akan merilis produk deposito berbasis ESG berupa
green deposit. Ia berharap bisa segera dirilis hingga penghujung tahun. “
Green deposit ini akan dijadikan sebagai
backbone kami untuk mendukung
green portofolio kami. Jadi pendanaan hingga penyaluran kreditnya juga
green,” paparnya kepada Kontan.co.id belum lama ini.
Ia menjelaskan, produk deposito ini hanya akan bisa digunakan untuk pembiayaan hijau di Bank UOB Indonesia. Tidak bisa digunakan untuk penyaluran kredit pada sektor lainnya. Ia mengaku, produk ini semakin dibutuhkan oleh nasabah, lantaran terdapat nasabah yang tidak keberatan bila dana yang ditempatkan di bank digunakan untuk pembiayaan hijau.
Baca Juga: Wamen BUMN Sebut Pembentukan Bank Emas Tunggu Regulasi Formal UOB Indonesia optimis pembiayaan berkelanjutan akan terus meningkat hingga penghujung tahun. Harapman Kasan, Direktur
Wholesale Banking UOB Indonesia menargetkan, bisa memiliki eksposur pembiayaan hijau di luar UMKM bisa mencapai US$ 200 juta hingga akhir 2022. Perbankan itu akan menyasar pada sektor
green trade financing yakni menyasar perusahaan yang memiliki inisiatif mengurangi emisi karbon dengan dibuktikan memiliki sertifikat ESG pada masing-masing sektor. Selain itu, menyasar pembiayaan U-Solar baik bagi nasabah korporasi maupun ritel melalui kartu kredit. “
Cycling economic juga sedang bertumbuh seperti
recycle plastik, kertas, dan logam. Sekarang juga kami fokus di
efficiency energy dan ekosistem kendaraan listrik. Sejauh ini, kualitas pembiayaan hijau kami sangat bagus karena juga menerapkan prinsip kehati-hatian,” katanya. DBS Indonesia sudah merilis produk tabungan Green Savings yang menawarkan bunga 1%.
Head of Segmentation, Liabilities and Mortgage PT Bank DBS Indonesia Natalina Syabana menyatakan produk simpanan yang lainnya hanya menawarkan bunga 0,5%. Ia menyatakan, separuh dari bunga yang diterima nasabah dari produk Green Saving ini akan disumbangkan ke mitra wirausaha sosial DBS Indonesia yakni Krokoa. Ia menyatakan Bank DBS Indonesia secara berkelanjutan menyalurkan kontribusi nasabah Green Savings melalui pada mitra wirausaha sosial terpilih. "Dalam satu tahun, sebanyak hampir 3.000 nasabah telah memberikan dampak positif dan mendukung agenda keberlanjutan dengan memberikan kontribusi melalui sebagian bunga tabungan yang dampaknya sudah dirasakan oleh para petani kakao," ujarnya. Ia menyatakan kebanyakan nasabah yang menggunakan produk simpanan berbasis ESG ini kebanyakan dari nasabah eksisting. Adapun saat ini, pembukaan tabungan ini masih mengharuskan datang ke kantor cabang. Ia berharap pembukaan tabungan melalui platform digibank pada 2024 mendatang.
Baca Juga: Terkait Isu Merger Bank BTN dengan BNI, Ini Penjelasan Kementerian BUMN Selain produk simpanan, Natalina menyatakan juga memiliki produk perbankan berbasis ESG lainnya. Utamanya, dari produk
wealth management seperti reksadana maupun surat berharga negara (SBN) yang berbasis ekonomi berkelanjutan.
Chief Sustainability Officer DBS Group, Helge Muenkel menyatakan Bank DBS memiliki tiga pilar keberlanjutan yang selalu ditanamkan dalam seluruh strategi dan operasi bisnis sehari-harinya. Pilar pertama adalah
responsible banking di mana Bank DBS berperan menyukseskan tujuan berkelanjutan melalui pinjaman atau pembiayaan bagi perusahaan. Pilar kedua adalah
responsible business practice yang tercermin dari cara Bank DBS mengoperasikan bisnis sehari-hari dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan meminimalkan jejak lingkungan (
carbon footprint). Gedung-gedung kantor Bank DBS sudah tersertifikasi
green office dan kantor cabang Bank DBS sedang dalam proses pemasangan panel surya secara bertahap untuk membantu akselerasi proses tercapainya target emisi nol bersih 2050.
“Untuk mengakselerasi target tersebut, aspek keragaman, kesetaraan, inklusi, non-diskriminasi juga menjadi perhatian Bank DBS. Pilar terakhir adalah
impact beyond banking di mana Bank DBS mendukung wirausaha sosial yang berupaya menjawab permasalahan sosial dan lingkungan,” tambahnya. Adapun, survei EY Future Consumer Index pada Februari 2022, responden cenderung melakukan pembelian yang lebih berkelanjutan (
sustainable), termasuk di Indonesia. Pelanggan di Indonesia memperhatikan dampak yang dihasilkan dari pembelian mereka, dengan 72% responden memperhatikan dampak lingkungan dan 68% responden memperhatikan dampak sosial. Selain itu, 52% pelanggan di Indonesia lebih memilih
brand dengan visi yang sejalan dengan prinsip mereka. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari