KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank besar di Tanah Air semakin efisien dalam mengelola operasionalnya di penghujung tahun ini. Itu tercermin dari rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) mereka yang terus menurun. PT Bank Mandiri Tbk misalnya, per Kuartal III-2022, mencatatkan penurunan BOPO di level 55,59%. Sedangkan pada kuartal III-2021 masih di level 68,82%. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga tercatat cukup efisien dengan BOPO 48,55%, turun dari 54,28% pada kuartal III tahun lalu.
Baca Juga: BCA Jadi Bank Paling Efisien di Indonesia, Ini Penyebabnya BOPO PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) turun dari 76,37% jadi 62,59%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) turun dari 80,47% jadi 68,05%, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) turun dari 89% ke 85%. Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo menyampaikan, penurunan BOPO ini didorong oleh langkah BTN yang melakukan sentralisasi banyak proses bisnis, automasi proses bisnis dan scale up digital banking. "Jadi digitalisasi pengaruhnya bukan hanya di efisiensi tapi juga di pertumbuhan bisnis, dan justru tujuan utamanya adalah, pertumbuhan bisa bisa lebih cepat, kecepatan proses dan layanan ke customer, dan efisiensi biaya," kata Setiyo kepada Kontan.co.id, Rabu (28/12). Tahun depan, bank BUMN ini memperkirakan, BOPO akan terus turun di kisaran 82%-85%; karena efek dari sentralisasi dan digitalisasi yang sudah dilakukan secara penuh. Setiyo menerangkan, agar BOPO terus menurun, BTN juga berupaya meningkatkan pendapatan operasional, BTN akan memperkuat bisnisnya di segmen konsumer tidak terbatas hanya KPR bersubsidi tapi juga KPR non subsidi, dan personal loan yang memiliki margin lebih baik. Sementara, Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, penurunan BOPO sejalan dengan pengelolaan operasional perbankan yang efisien melalui optimalisasi layanan transaksi perbankan digital dan transaksi non tunai, serta penerapan digitalisasi pada proses bisnis internal. Sebagai informasi, nilai transaksi Internet banking BCA mencapai Rp 12,902 triliun dan mobile banking BCA mencapai Rp 3,966 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2022, masing-masing tumbuh 19,1% dan 39,1% secara tahunan.
Baca Juga: Laba Bank Ina Melesat pada Semester I, Ini Pendorongnya Di sisi lain, seiring dengan pertumbuhan kredit dan likuiditas, BCA membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan operasional selama sembilan bulan pertama tahun 2022, yakni naik 8,9% secara tahunan menjadi Rp 62,8 triliun. "Ke depan, BCA akan terus memperkuat ekosistem finansial, serta menyempurnakan dan memodernisasi infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki, dalam rangka menjaga efisiensi dalam kegiatan operasional sekaligus memberikan layanan yang terbaik bagi seluruh nasabah," ungkap Hera. Bank BRI juga memproyeksikan, BOPO akan terus menurun di tahun depan seiring dengan efisiensi yang dilakukan oleh perseroan. Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, digitalisasi di BRI tidak hanya memberikan dampak efisiensi, namun juga mengakselerasi proses yang ada. Adanya perubahan preferensi nasabah, digitalisasi dan perubahan kebijakan regulator menjadi katalis perubahan dalam lini distribution channel di BRI. Sepanjang 2022, Terdapat peningkatan transaksi yang cukup signifikan dengan proporsi transaksi melalui mobile dan remote channel (ATM, Internet Banking, Mobile Banking BRIMO) sangat dominan yaitu sebesar 97% jika dibandingkan transaksi di banking hall (Customer Service) sebesar 3%. Strategi utama BRI untuk menekan BOPO yakni secara gradual menurunkan cost of fund. Hingga akhir Septer 2022, tercatat COF BRI (bank only) sebesar 1,73%, lebih rendah dibandingkan dengan COF BRI (bank only) pada periode sama tahun lalu sebesar 2,14%. Keberhasilan BRI dalam menurunkan COF tak lepas dari strategi perseroan yang fokus untuk terus memperbesar porsi dana murah (CASA) dimana hingga akhir Kuartal III 2022 tercatat CASA BRI sebesar 65,43%, meningkat signifikan dibandingkan CASA Kuartal III 2021 sebesar 59,60%. Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu juga mengakui, dampak dari pengembangan digitalisasi sudah terlihat hasilnya bahwa BOPO per September 2022 sudah turun di level 84,38% di bandingkan September 2021 sebesar 92,80%. Bahkan kata Daniel, di November 2022 tercatat sebesar 82,96% atau menurun 12,96% secara tahunan.
"Tahun depan kami harapkan sudah bisa dijaga dibawah 80% atau mendekati 80%, karena kami harus mencermati kenaikan biaya DPK yang dapat mempengaruhi BOPO kami," papar Daniel. Ia menjelaskan, strategi Bank ke depan untuk menurunkan rasio beban operasional, yakni dengan meningkatkan volume business, baik jumlah nasabah maupun transaksi dan nominal nya, selain menunggu persetujuan regulator atas produk dan layanan digital yang diharapkan akan dapat persetujuan dalam waktu dekat. "Hal-hal tersebutlah yang kami harapkan dapat mengoptimalkan efisiensi biaya operasional kami," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi