Perbankan Optimistis Personal Loan Tumbuh, Terdorong Naiknya Kebutuhan Masyarakat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun 2024, perbankan tanah air tetap optimistis pada pertumbuhan kredit konsumsi, khususnya pada segmen kredit individu atau personal loan. 

Salah satu pendorongnya adalah kebutuhan masyarakat yang makin meningkat di saat era bunga tinggi, namun pemasukan mereka justru menurun.

Berdasarkan laporan Survei Konsumen Bank Indonesia, rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi menurun dari 75,3% pada bulan November menjadi 74,3% per Desember 2023. Sementara itu proporsi pembayaran cicilan utang mengalami peningkatan menjadi 10% per Desember 2023, dari 9,3% pada bulan sebelumnya. Belum lagi laporan ini menyebut dimana ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang mengalami penurunan.


Baca Juga: Pertumbuhan DPK Melambat, Likuiditas Perbankan Tahun Ini Berpotensi Mengetat

Artinya, jika pendapatan berkurang dan porsi pembayaran cicilan meningkat seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) misalnya, maka ada potensi masyarakat bakal mengandalkan pinjaman kepada bank untuk membantu membiayai kebutuhan lainnya yang mendesak.

Di sisi lain, sejumlah bankir melihat kebutuhan konsumsi yang meningkat akan mendongkrak kinerja kredit personal loan bank di tahun ini. 

PT Bank Central Asia Tbk(BCA) misalnya, yang mayoritas nasabah yang mengajukan kredit ini merupakan nasabah yang terhubung dalam kerja sama sistem payroll dengan BCA, sehingga pembayaran cicilannya akan otomotis terpotong atau autodebet rekening. 

Para debitur tersebut biasanya mengajukan kredit melalui kartu kredit BCA untuk membayar kebutuhan seperti biaya pengobatan, pendidikan, pernikahan, renovasi rumah, hingga untuk bepergian liburan.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility Hera F Haryn mengatakan, hingga November 2023 outstanding pinjaman tanpa agunan BCA tercatat mencapai lebih dari Rp 10,6 miliar atau tumbuh 47% secara tahunan atau year on year. 

Di sisi lain pertumbuhan tersebut selaras dengan rasio kredit bermasalah (NPL) personal loan BCA yang mampu terjaga dengan baik. Alhasil secara keseluruhan rasio NPL BCA berada di level 2,0% hingga September 2023. 

Hera menyebut pihaknya memproyeksikan tren pertumbuhan personal loan pada tahun lalu akan terus berlanjut di tahun ini. Salah satu strategi untuk mengjangkau lebih banyak pasar adalah dengan memperluas jangkauan daerah pemasaran. Selain itu BCA juga menawarkan suku bunga yang disesuaikan dengan jangka waktu yang dibutuhkan nasabah, yakni mulai dari 1% per bulannya.

"BCA melihat faktor pertumbuhan personal Loan tahun ini karena adanya peningkatan kebutuhan nasabah seiring pemulihan perekonomian nasional," kata dia kepada Kontan, Jumat (12/1).

Baca Juga: Bank BUMN Tetap Jadi Penopang Pertumbuhan Kredit pada November 2023

Meski begitu, Hera mengatakan BCA tetap berhati-hati dalam memberikan pinjaman untuk segmen ini, dan akan dilihat berdasarkan hasil analisa kredit dengan memperhitungkan kondisi keuangan dan kemampuan bayar nasabah. Hal ini diharapkan dapat menjadi landasan kontrol dalam pemberian dan penggunaan personal loan BCA.

Sementara itu PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) yang juga optimisis dengan sistem bank yang terhubung dengan payroll based dari ASN dan pegawai dengan penghasilan tetap untuk mendongkrak kinerja kredit personal loan tahun ini. 

Direktur Utama BJB Yuddy Renaldi mengatakan, porsi portofolio kredit personal loan berkontribusi besar terhadap total pertumbuhan kredit yang disalurkan bank, yakni sebanyak 60% terhadap total portofolio dengan kualitas kredit yang sangat baik di level 0,2% di akhir 2023.

"Di tahun 2024 ini kami melihat permintaan nya akan terus tumbuh positif, bersamaan dengan tingkat konsumsi masyarakat yg meningkat, dan juga inflasi yg relatif terjaga," kata Yuddy kepada Kontan, Jumat (12/1).

Sebagai informasi, Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit individu per November 2023 tercatat sebesar 9,3% YoY atau senilai Rp 3.317,7 triliun, menurun dari bulan sebelumnya yang tumbuh 9,4% YoY atau senilai Rp 3.290,2 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi