KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar modal makin semarak dengan aksi
rights issue di sektor perbankan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat permodalan perbankan pada tahun ini. Bahkan sejumlah bank bersiap menggelar
rights issue pada semester II 2022. Mereka adalah PT Bank Oke Indonesia Tbk (
DNAR), PT Bank Tabungan Negara Tbk (
BBTN), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS), PT Bank Capital Indonesia Tbk (
BACA), PT Bank of India Indonesia Tbk (
BSWD), PT Bank Victoria International Tbk (
BVIC), PT Bank Bumi Arta Tbk (
BNBA), dan PT Bank Ina Perdana Tbk (
BINA). Bank Oke misalnya, akan menyampaikan permohanan
rights issue kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada awal Agustus 2022 dan diharapkan bisa mendapatkan pernyataan efektif pada awal Oktober 2022.
Melalui
rights issue tersebut, diharapkan modal inti Bank Oke mencapai Rp 3 triliun sesuai ketentuan regulator. Maklum, sampai Juni 2022 modal inti perusahaan baru mencapai Rp 2,96 triliun.
Baca Juga: Hingga Akhir Tahun, BSI Targetkan Pembiayaan UMKM Tumbuh 6% Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah mengatakan, perusahaan membidik dana rights issue senilai Rp 500 miliar yang rencananya akan digunakan untuk ekspansi bisnis, termasuk membuka kantor cabang baru. "Kami akan membuka kantor cabang baru di luar Jakarta, seperti kota - kota di Bandung, Pelambang dan lainnya," kata Efdinal, Rabu (27/7). Pihaknya optimistis seluruh saham
rights issue akan terserap pasar. Bahkan Apro Financial Co, sebagai pemegang saham mayoritas Bank Oke siap menjadi investor siaga (standby buyer) untuk membeli saham tersebut. Sementara itu, BTN akan menggelar aksi korporasi serupa pada kuartal IV 2022. Melalui rights issue tersebut, bank pelat merah membidik dana Rp 5 triliun untuk meningkat rasio permodalan (CAR). Jika
rights issue sukses, Direktur Keuangan BTN, Nofry Rony Poetra memperkirakan rasio CAR BTN bisa sekitar 20,21%. Nilai itu naik dari CAR BTN per Maret 2022 sebesar 18,15%.
Baca Juga: Perkuat Likuiditas, Bank Oke Indonesia Terima Kredit Rp 100 Miliar dari BCA "Ini tentunya peluang bagi BTN untuk meningkatkan jumlah unit rumah yang bisa direalisasikan dari awalnya tanpa
rights issue bisa 200.000-250.000 unit. Dengan rights issue, kami bisa hampir 300.000 unit rumah," kata Nofry. Untuk saat ini, perseroan masih menunggu kepastian dari Kemenkeu dan Kementerian BUM terkait nilai penyertaan modal negara (PMN). "Kenapa harus akhir tahun, karena itu bagian dari proses
rights issue. Kita mulai dulu dari PMN," ungkapnya. Kemudian perusahaan melakukan beberapa penunjukan lembaga penunjang dan melihat perkembangan kondisi market. Meski demikian, Nofry yakin
rights issue kali ini bisa sukses seperti tahun - tahun sebelumnya. "Kami percaya akan diserap oleh market, karena kami sudah
test case juga beberapa tahun lalu, dengan kami masuk ke market awal tahun. Walau sebenarnya, awal tahun dan akhir tahun hampir sama kondisi marketnya," terangnya. Tak berbeda, Bank Ina juga menggelar
rights issue pada kuartal IV 2022. Bank bersandi BINA ini membidik dana
rights issue senilai Rp 1 triliun dengan melepas 2 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Baca Juga: Rights Issue Bank Kian Rame di Semester II Nantinya dana yang diperoleh untuk memenuhi modal inti minimum Rp 3 triliun pada tahun ini. Jika saham
rights issue tidak diserap pasar, pemegang saham, termasuk Grup Salim akan menyerap sisa saham tersebut. "Pembeli siaga tentunya masyarakat dan existing pemegang saham (akan menyerapnya)," terang Direktur Utama Bank Ina Perdana, Daniel Budirahayu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto