Perbankan Singapura Berlomba Tawarkan Suku Bunga Deposito 3%, Seperti Krisis 1998



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Perbankan Singapura sedang haus dana alias likuiditas. 

Perbankan Singapura mulai menawarkan suku bunga tabungan yang lebih tinggi dari kondisi normal, bahkan tertinggi sejak 24 tahun terakhir atau krisis 1998.

Saat ini perbankan tengah gencar melakukan promosi untuk menggaet nasabah.

Sementara mengutip www.channelnewsasia.com menyebutkan perbankan juga agresif menawarkan KPR ini. Misalnya tawaran paket KPR UPB Fired The Firs Salvo yang berlangsung sejak Senin 3 Oktober. Suku bunga yang ditawarkan sudah naik tinggi mulai Oktober 2022.

Baca Juga: Siap-siap KPR Suku bunga Tetap di Singapura Sudah Naik 0,77% Menjadi 3,85%

Sementara Maybank menawarkan suku bunga tetap untuk deposito jangka waktu 12 bulan dengan penawaran suku bunga tertinggi sebesar 3% per tahun.

Adapun penawaran serupa dari OCBC, UOB, RHB, HSBC, dan Standard Chartered Bank rerata di kisaran 2,65% sampai 2,9%.

Suku bunga deposito yang ditawarkan oleh perbankan Singapura ini juga mencatat tertinggi sejak 24 tahun terakhir.   Sedangkan penawaran suku bunga deposito berjangka 12 bulan tertinggi terjadi pada saat krisis 1998 yakni sebesar 3% di bulan November 1998.

Berdasarkan catatan the Monetary Authority of Singapore pada saat itu perbankan menawarkan suku bunga deposito tertinggi sebesar 3,11%.

Di luar deposito 12 bulan, tarif promosi untuk jangka waktu 15 bulan masing-masing naik menjadi 3% di UOB dan 3,05% di Maybank. 

Sementara RHB menawarkan pengembalian hingga 3,2%  bagi nasabah yang bersedia memarkir uang tunai mereka untuk periode yang sedikit lebih lama, yakni selama 24 bulan.

Baca Juga: Ini Alasan di Balik Penarikan Dua Produk Mie Sedap di Singapura

Ada lebih banyak pilihan bagi konsumen yang melihat durasi kurang dari satu tahun.

Bank lain seperti UOB, Maybank, RHB dan HSBC menawarkan berbagai tenor mulai dari empat hingga 10 bulan dengan tingkat return 2,9% per tahun.

Promosi suku bunga direvisi setiap bulan, datang ketika bank sentral global melakukan perlombaan kenaikan suku bunga untuk memerangi inflasi yang melonjak.

“Karena kekhawatiran terhadap inflasi mendesak, kecepatan kenaikan (suku bunga) juga cepat, sehingga Anda dapat mengamati seberapa cepat bank-bank mengikuti,” kata Tan Chin Yu, senior advisor di Providend.

Editor: Syamsul Azhar