JAKARTA. Industri perbankan syariah semakin agresif menyalurkan pembiayaan di sektor produktif. Ini disebabkan semakin banyak Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang menyadari pentingnya diversifikasi pembiayaan guna pengembangan bisnis. “Di masa-masa awal kemunculan perbankan syariah, sebagian besar lebih banyak menyalurkan pembiayaan konsumtif. Kini semakin banyak bank syariah yang menyadari tidak bisa begitu terus,” kata Rizqullah, Bendahara Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), saat dihubungi KONTAN, Jumat (3/10). Namun Rizqullah mengingatkan kalangan bank syariah, ekspansi dalam pembiayaan produktif meskipun positif, namun menimbulkan tantangan yang tak mudah. Perlu upaya esktra untuk memitigasi resiko mengingat pembiayaan di sektro produktif sangat mudah dipengaruhi faktor eksternal seperti pertumbuhan ekonomi makro dan sebagainya. “Disini perbankan syariah harus bisa menjawab tantangan ini ditengah sumber daya manusia (SDM) untuk analisis resiko yang belum sebanyak di perbankan konvensional,” pungkas Rizqullah.
Perbankan syariah agresif di pembiayaan produktif
JAKARTA. Industri perbankan syariah semakin agresif menyalurkan pembiayaan di sektor produktif. Ini disebabkan semakin banyak Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang menyadari pentingnya diversifikasi pembiayaan guna pengembangan bisnis. “Di masa-masa awal kemunculan perbankan syariah, sebagian besar lebih banyak menyalurkan pembiayaan konsumtif. Kini semakin banyak bank syariah yang menyadari tidak bisa begitu terus,” kata Rizqullah, Bendahara Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), saat dihubungi KONTAN, Jumat (3/10). Namun Rizqullah mengingatkan kalangan bank syariah, ekspansi dalam pembiayaan produktif meskipun positif, namun menimbulkan tantangan yang tak mudah. Perlu upaya esktra untuk memitigasi resiko mengingat pembiayaan di sektro produktif sangat mudah dipengaruhi faktor eksternal seperti pertumbuhan ekonomi makro dan sebagainya. “Disini perbankan syariah harus bisa menjawab tantangan ini ditengah sumber daya manusia (SDM) untuk analisis resiko yang belum sebanyak di perbankan konvensional,” pungkas Rizqullah.