Perbankan Terus Menekan Rasio Loan at Risk (LAR) hingga Akhir Tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai berakhirnya pandemi, sejumlah perbankan terus berupaya untuk menekan rasio kredit berisiko atau pembiayaan yang masuk pantauan sebelum berubah menjadi kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL). Alhasil, loan at risk (LAR) bank turun dan kualitas kredit yang disalurkan ikut terjaga. 

Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rata-rata rasio LAR di industri perbankan per Juni 2023 turun secara tahunan dari 16,97% menjadi 13,17%.

Sejumlah perbankan juga meneruskan momentum penurunan LAR tersebut di semester II tahun ini.


Bank Tabungan Negara (BTN) misalnya, yang berhasil menekan rasio LAR dari sebelumnya di posisi 21% pada tahun lalu, turun di angka 17% per Juli 2023.

"Posisi LAR terus membaik, terutama porsi LAR restrukturisasi yang jauh membaik dibanding tahun lalu," kata Setiyo Wibowo, Direktur Risk Management BTN Kepada Kontan.co.id, Rabu (30/8).

Baca Juga: Efek Bersih-Bersih KPR Bermasalah

Setiyo menyampaikan, segmen yang membaik terutama di segmen kredit konsumer dan UMKM. Sementara untuk segmen komersial terutama dari kontruksi real estate high rise atau apartemen masih memiliki rasio yang tinggi.

Salah satu upaya yang dilakukan BTN salah satunya adalah dengan melakukan penjualan aset yang lebih agresif.

"Kita terus lakukan penjualan asset lebih agresif dengan skema-skema baru termasuk perbaikan dan penguatan tim dan teknologi di bidang collection management atau manajemen penagihan," kata Setiyo.

BTN menargetkan rasio LAR restrukturisasi bisa di bawah 15% hingga akhir tahun 2023.

Sementara itu, Bank Central Asia (BCA) juga berhasil menurunkan LAR di semester I 2023. Tercatat rasio LAR turun ke 8,7% dari sebelumnya 12,3% di periode yang sama tahun lalu.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn menyampaikan penurunan rasio LAR tersebut sebagian besar disebabkan oleh debitur yang kembali ke pembayaran normal seiring dengan pemulihan bisnis debitur dan perbaikan kondisi ekonomi.

"Penurunan LAR ini terjadi hampir di seluruh sektor, serta terjadi di seluruh segmen kredit, dari mulai kredit korporasi, kredit komersial dan UKM, hingga kredit konsumer," kata Hera kepada Kontan.co.id, Rabu (30/8).

Alhasil, rasio kredit bermasalah (NPL)BCA  tercatat sebesar 1,9% di semester I 2023, turun dari 2,2% di tahun sebelumnya. Hera juga menyampaikan meskipun tren kualitas kredit BCA membaik, BCA tetap memiliki CKPN yang memadai. Tercatat Rasio NPL coverage BCA sebesar 257% serta Loan at Risk (LAR) coverage sebesar 62%, angka ini menjadi salah satu yang paling tinggi di industri perbankan.

"Biaya pencadangan akan senantiasa kami review sejalan dengan perkembangan kualitas aset dan kondisi ekonomi," kata Hera.

Optimisme BCA terkait penurunan rasio LAR didorong oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang positif dan likuiditas yang solid, sehingga kedepan penyaluran kredit akan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian untuk menjaga kualitas pinjaman tetap terjaga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi