Perbankan yakin kebutuhan transaksi nasabah bakal naik, kenapa?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren transaksi perbankan atau transactional banking cenderung melambat di tengah pandemi Covid-19. Hal ini merujuk pada data Bank Indonesia (BI) yang menyatakan per Juli 2020 transaksi penarikan tunai perbankan mengalami penurunan sebesar 9,4% secara year on year (yoy) menjadi Rp 1.695 triliun.

Begitu juga untuk transaksi online melalui digital banking yang turun tipis 3,45% yoy pada periode yang sama menjadi Rp 2.228 triliun. Meski begitu, fakta menunjukkan bahwa peredaran uang kartal di Tanah Air masih tumbuh cukup tinggi yakni 10,5% yoy menjadi Rp 6.567 triliun.

Hal ini menurut Senior Vice President Transaction Banking and Retail Sales PT Bank mandiri Tbk Thomas Wahyudi menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai masih terbilang tinggi. Itu artinya, peran mesin ATM sejatinya saat ini masih sangat dibutuhkan.


Baca Juga: Hingga Agustus 2020, laba bersih BRI Syariah tumbuh 158,46% yoy

Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini, menurut Thomas mesin tarik dan setor tunai atau Cash Recycling Machine (CRM) bakal menggantikan mesin ATM. "Di Indonesia, ATM masih menjadi channel (elektronik) yang paling banyak digunakan masyarakat. Namun, tingginya biaya operasional, dibutuhkan mesin CRM untuk memenuhi beberapa kebutuhan nasabah," terangnya dalam diskusi daring, Sabtu (3/10).

Benar saja, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Bank Mandiri, biaya yang dikeluarkan bank dalam memanfaatkan mesin ATM untuk transaksi nasabah terbukti tujuh kali lipat lebih murah dibandingkan transaksi di kantor cabang. "Sementara biaya transaksi mobile banking 21 kali lebih efisien dibandingkan cabang," imbuhnya.

Sementara bila menggunakan CRM, perbankan bisa menghemat biaya 4,5 lipat dibandingkan menempatkan dana menganggur (idle money) di pasar uang dengan bunga Jibor 4,71%. Walhasil, sudah bisa dipastikan ke depan perbankan termasuk Bank Mandiri bakal mendorong pengembangan transaksi digital terutama melalui penambahan mesin ATM, CRM dan infrastruktur transaksi lainnya seperti EDC.

Sebagai gambaran informasi saja, Bank Mandiri mencatat ada lebih dari 4,7 juta nasabah pengguna e-channel di perseroan yang terintegrasi dengan sistem pembayaran digital perseroan per Juli 2020. Hingga Juli 2020 setidaknya jumlah transaksi yang dikelola Bank Mandiri sudah mencapai 114,4 juta atau senilai Rp 129,6 triliun.

Layanan distribusi Bank Mandiri juga dilengkapi dengan 18.291 unit ATM dan 2.564 kantor cabang serta 1.748 jaringan mikro.

Baca Juga: Hari terakhir lelang rumah sitaan Bank Jabar Banten harga Rp 165 juta

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengatakan saat ini tren transaksi di perseroan masih terus naik. Menurut Direktur BCA Santoso Liem, per Juni 2020 lalu BCA telah melayani lebih dari 22,5 juta rekening nasabah dan memproses sekitar 30 juta transaksi setiap hari.

Hal itu didukung oleh pemanfaatan 1.251 kantor cabang dan 17.360 unit mesin ATM BCA. Perseroan juga merinci per semester I 2020 nilai transaksi mobile banking BCA mengalami pertumbuhan mencapai 30,4% yoy dan internet banking BCA tercatat tumbuh 5,7% yoy.

Ke depan, bank swasta terbesar di Indonesia ini meyakini tren transaksi bakal terus meningkat. Hal ini diprakarsai lewat peningkatan pembukaan rekening baru di BCA melalui kanal digital (online). "Melalui BCA mobile, perseroan mencatatkan hampir 7.000 pembukaan rekening online dalam sehari," terangnya.

Ke depan, BCA akan terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan layanan perbankan nasabah melalui beragam infrastruktur dan pengembangan digital. "Kami juga berkomitmen untuk menciptakan inovasi teknologi mutakhir di bidang perbankan sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan kebutuhan nasabah yang dinamis," jelasnya.

Selanjutnya: OJK merilis aturan baru bagi industri keuangan non bank

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi