JAKARTA. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) secara industri mengalami peningkatan loan deposit ratio (LDR) pada tahun lalu. Namun Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) membantah BPR mengalami likuiditas semakin ketat. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2013, LDR BPR meningkat dari 78,54% di akhir 2012 menjadi 84,34% di akhir 2013. "Saya kira itu bukan menunjukkan likuiditas ketat, tetapi justru menunjukkan fungsi intermediasi BPR semakin bagus," kata Joko Suyanto, Ketua Umum Perbariondo, saat dihubungi KONTAN, Rabu, (26/2). Selain itu, dia bilang, kenaikan masih dalam batas aman karena tidak melebihi 92%. Menurut Joko, karakteristik bisnis BPR memang tak mau berlama-lama menyimpan dana simpanan masyarakat (DPK) menjadi uang nganggur atau idle money. Sebab hal ini akan meningkatkan beban biaya dana atau cost of fund dari BPR tersebut. "Makanya, BPR semaksimal mungkin berusaha menyalurkan dana yang dihimpun dari masyarakat dalam bentuk kredit. Itulah mengapa pertumbuhan DPK kami relatif lebih lambat dibandingkan kredit," ujar Joko.
Perbarindo bantah likuiditas BPR ketat
JAKARTA. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) secara industri mengalami peningkatan loan deposit ratio (LDR) pada tahun lalu. Namun Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) membantah BPR mengalami likuiditas semakin ketat. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2013, LDR BPR meningkat dari 78,54% di akhir 2012 menjadi 84,34% di akhir 2013. "Saya kira itu bukan menunjukkan likuiditas ketat, tetapi justru menunjukkan fungsi intermediasi BPR semakin bagus," kata Joko Suyanto, Ketua Umum Perbariondo, saat dihubungi KONTAN, Rabu, (26/2). Selain itu, dia bilang, kenaikan masih dalam batas aman karena tidak melebihi 92%. Menurut Joko, karakteristik bisnis BPR memang tak mau berlama-lama menyimpan dana simpanan masyarakat (DPK) menjadi uang nganggur atau idle money. Sebab hal ini akan meningkatkan beban biaya dana atau cost of fund dari BPR tersebut. "Makanya, BPR semaksimal mungkin berusaha menyalurkan dana yang dihimpun dari masyarakat dalam bentuk kredit. Itulah mengapa pertumbuhan DPK kami relatif lebih lambat dibandingkan kredit," ujar Joko.