KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI bersiap melakukan aksi korporasi. BSI akan mencaplok Unit Usaha Syariah (UUS) Bank BTN untuk memperkuat serta memperbesar kapitalisasi pasar BSI. “Itulah yang kita harapkan supaya posisi BSI ini semakin besar dan tentunya semakin kuat, dalam arti kapitalisasi pasar dan tentu dorongannya untuk industri perbankan,” kata Menteri BUMN Erick Thohir dalam keterangan resmi, Jumat (25/2). Rencananya, penyertaan modal negara melalui saham Dwiwarna di BSI dilakukan pada kuartal III 2022. Erick juga sudah membahas rencananya tersebut dengan pihak-pihak terkait.
“Insya Allah Pak Wapres dan saya sudah lakukan diskusi dengan para Direksi Himbara untuk saham Dwiwarna ini. Kita akan pastikan terjadi di tahun ini,” ujar Erick. Melalui aksi korporasi tersebut, ia berharap, BSI dapat meningkat produktivitas industri halal di Indonesia yang saat ini belum masuk lima besar dunia.
Baca Juga: Saham Bank Syariah, Analis Ini Lebih Menyukai BTPS Syariah dan Tetap Jagokan BRIS Langkah strategis pemerintah terhadap BSI itu diapresiasi positif Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto. Menurutnya, hal ini akan membuka lebar peluang BSI masuk Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) 4. Dengan demikian BSI akan lebih leluasa mengepakan sayap bisnisnya. Tentu dengan layanan yang semakin diperluas. ”Dengan menjadi bank BUKU 4, coverage dan jenis layanan produk BSI bisa semakin luas,” kata Toto. Toto pun menggarisbawahi bahwa dengan menjadi BUMN, BSI membawa pekerjaan rumah yang besar. Bank syariah terbesar di Tanah Air itu harus meningkatkan kontribusi bank syariah terhadap perekonomian. Sebabnya, potensi ekonomi syariah sangat besar, namun belum tergali optimal. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga September 2021 total aset keuangan syariah hanya sekitar 10,11% dari total industri pasar keuangan di Tanah Air. Sementara pangsa pasar perbankan syariah masih di angka 6,5%. Padahal, Indonesia memiliki populasi muslim sekitar 80% dari total jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa. Selain itu industri halal di Indonesia pun memiliki potensi yang tak kalah besar dengan nilai sekitar Rp 4.375 triliun. Dari total nilai tersebut, industri makanan dan minuman halal menyedot porsi terbanyak yaitu senilai Rp 2.088 triliun disusul aset keuangan syariah senilai Rp 1.438 triliun. Toto pun menantikan BSI menjalin kerja sama yang bersifat saling menguntungkan dengan perusahaan BUMN lainnya. Dengan demikian dapat mempercepat pertumbuhan pangsa pasar syariah dan sekaligus mendiversifikasi akses pembiayaan kepada dunia usaha. Terkait diversifikasi pembiayaan, Toto menyarankan BSI menggarap sektor UMKM terlebih dahulu. Menurutnya, saat ini banyak bisnis produk halal yang membutuhkan modal untuk ekspansi. “Tahapan berikut bisa masuk pada pembiayaan korporasi,” imbuhnya.
Baca Juga: Pemerintah Akan Suntik Modal Lewat Saham Dwiwarna, BSI Akan Jadi Bank BUMN Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat