KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasangan USD/JPY terkoreksi pada penutupan perdagangan pekan lalu akibat meningkatnya permintaan yYen sebagai safe haven currency oleh investor. Berdasarkan data Bloomberg, pasangan USD/JPY melemah 0,45% ke level 111,91 per Jumat (26/10). Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan pergerakan pairing USD/JPY selama sejak pekan lalu cenderung sideways dengan dominan menurun. “Meningkatnya permintaan aset safe haven yen oleh investor karena pasar saham global seperti bursa saham Asia dan Amerika mengalami anjlok pada pekan lalu,” ujar Dini. Adanya kekhawatiran investor terhadap perlambatan perekonomian global membuat investor meninggalkan aset berisiko. Ketegangan politik di Italia mengenai proposal anggaran defisit yang ditolak oleh Komisi Eropa pun turut melemahkan bursa saham Eropa. Pasalnya Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Italia memiliki defisit fiskal sebesar 2,4% dari produk domestik bruto (PDB). Di sisi lain, permasalahan Brexit juga belum menemukan jalan keluar hingga kini. Apalagi mengingat Brexit memiliki batas waktu hingga Maret 2019 untuk memberikan hasil final negosiasi dengan perbatasan Irlandia yang masih menjadi pokok masalah utama yang belum berakhir.
Perburuan safe haven yen meningkat, USD/JPY turun
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasangan USD/JPY terkoreksi pada penutupan perdagangan pekan lalu akibat meningkatnya permintaan yYen sebagai safe haven currency oleh investor. Berdasarkan data Bloomberg, pasangan USD/JPY melemah 0,45% ke level 111,91 per Jumat (26/10). Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan pergerakan pairing USD/JPY selama sejak pekan lalu cenderung sideways dengan dominan menurun. “Meningkatnya permintaan aset safe haven yen oleh investor karena pasar saham global seperti bursa saham Asia dan Amerika mengalami anjlok pada pekan lalu,” ujar Dini. Adanya kekhawatiran investor terhadap perlambatan perekonomian global membuat investor meninggalkan aset berisiko. Ketegangan politik di Italia mengenai proposal anggaran defisit yang ditolak oleh Komisi Eropa pun turut melemahkan bursa saham Eropa. Pasalnya Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Italia memiliki defisit fiskal sebesar 2,4% dari produk domestik bruto (PDB). Di sisi lain, permasalahan Brexit juga belum menemukan jalan keluar hingga kini. Apalagi mengingat Brexit memiliki batas waktu hingga Maret 2019 untuk memberikan hasil final negosiasi dengan perbatasan Irlandia yang masih menjadi pokok masalah utama yang belum berakhir.