KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia semakin mempercepat transformasi digitalnya melalui kemajuan teknologi jaringan dan adopsi IPv6 Enhanced Net5.5G. Teknologi ini merupakan protokol jaringan yang digunakan untuk menghubungkan dan mengidentifikasi perangkat di internet. IPv6 merupakan versi terbaru
internet protocol (IP) untuk menggantikan IPv4. Dibandingkan versi sebelumnya, IPv6 memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, jumlah alamat IP address yang lebih banyak. Selain itu, memungkinkan manajemen dan delegasi alamat lebih mudah dan lebih baik, dengan kemampuan konfigurasi otomatis. Saat ini, pasar global untuk IPv6 diperkirakan mencapai 34,3 miliar unit pada 2023 dan diproyeksikan mencapai 127,6 miliar unit pada tahun 2030. Pertumbuhan rata-rata per tahun mencapai 20,6%, dari tahun 2023 hingga 2030.
Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (Asioti), Teguh Prasetya mengungkapkan, penetrasi IPv6 di Indonesia pada tahun 2024 mencapai sekitar 16%. Jumlah ini meningkat signifikan dari hanya 6% tahun 2022. Namun, Teguh menekankan perlunya akselerasi lebih lanjut untuk mendukung ekosistem IoT di Indonesia yang kini telah mencapai lebih dari satu miliar perangkat. “Kita masih berada di tahap awal,” ujar Teguh, Kamis (19/12). Menurut Teguh, adopsi IPv6 Enhanced Net5.5G sangat penting untuk memastikan keamanan platform dan aplikasi, terutama seiring dengan peluncuran 5G. “Ini bukan hanya tentang meningkatkan kapabilitas, tetapi juga mendukung latensi rendah yang krusial untuk teknologi canggih seperti IoT dan kota pintar,” lanjutnya. Pada tahun 2030, Indonesia menargetkan penetrasi IPv6 sebesar 31%. Teguh menambahkan, IPv6 Enhanced Net5.5G tidak hanya menciptakan nilai ekonomi tetapi juga membuka peluang untuk memperluas industri lokal dan lapangan kerja. Teguh menekankan, pentingnya peningkatan literasi serta kolaborasi di antara seluruh pemangku kepentingan, termasuk produsen perangkat, operator jaringan, pengembang aplikasi, dan penyedia konten. Direktur Telekomunikasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Aju Widya Sari menjelaskan, adopsi IPv6 Enhanced Net5.5G diperkirakan menyumbang hingga US$ 7,9 triliun pada 2026 bagi ekonomi global/. Aju menjelaskan, Indonesia tengah mempercepat langkah menuju transformasi digital dengan mengadopsi IPv6 Enhanced Net5.5G, yang menjadi teknologi fondasi bagi infrastruktur digital masa depan. “IPv6 Enhanced Net5.5G tidak hanya memenuhi kebutuhan teknis, tetapi juga memberikan manfaat besar dalam tata kelola, keamanan, dan efisiensi di era ekonomi digital,” ujar Aju. Menurutnya, adopsi IPv6 Enhanced Net5.5G menjadi kunci dalam menciptakan tata kelola digital yang lebih aman, efektif, dan efisien. Dengan kapasitas alamat yang lebih besar, keamanan yang ditingkatkan, dan keandalan jaringan yang lebih tinggi, IPv6 menawarkan solusi teknis untuk mendukung implementasi teknologi masa depan seperti 5G, i
nternet of things (IoT),
artificial intelligence (AI), dan
cloud computing. Meskipun tingkat adopsi IPv6 di Indonesia telah mencapai 15,3% pada 2024, dengan total 22,59 juta perangkat yang terhubung, angka ini masih tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN lain. Malaysia, Vietnam, dan Thailand mencatat tingkat adopsi masing-masing sebesar 72,08%, 62,94% dan 49,86%. Sementara itu, rata-rata adopsi IPv6 di kawasan Asia Tenggara mencapai 31,62%, dengan rata-rata global di angka 39,59%.
Baca Juga: Kominfo Imbau untuk Aktifkan Protokol IPv6 di Perangkat Telekomunikasi, Apa Itu? Aju menekankan, IPv6 Enhanced Net5.5G adalah kunci untuk mendukung integrasi teknologi masa depan dan menciptakan manfaat ekonomi besar, khususnya melalui transformasi digital. Untuk bersaing secara global, Indonesia perlu mempercepat adopsi IPv6 dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri teknologi, dan masyarakat. “IPv6 Enhanced Net5.5G bukan hanya sebuah kebutuhan teknis tetapi juga peluang strategis untuk memperkuat posisi Indonesia dalam peta digital dunia. Dengan upaya kolektif, Indonesia dapat mengakselerasi transformasi digital dan mewujudkan potensi penuh teknologi masa depan,” ujarnya. Asioti juga menandatangani perjanjian kerjasama dengan Indonesia Digital Test House (IDTH) Komdigi yang bertugas melakukan pengujian perangkat elektronik. Kerjasama ini bertujuan memperkuat sinergitas dalam rangka kerjasama teknis dalam pengembangan sumber daya di bidang alat dan perangkat IoT, penguatan substansi teknis dalam pengujian perangkat, serta keterlibatan bersama forum nasional dan internasional Kepala Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi/IDTH Komdigi, Syaharuddin menjelaskan, IDTH saat ini telah dilengkapi fasilitas terkini untuk menguji berbagai fitur perangkat digital. Seperti fitur telekomunikasi, radio frekuensi (RF), Electro Magnetic Compatibility (EMC), electrical safety, dan Specific Absorption Rate (SAR).
Menurutnya, IDTH telah menjadi bagian integral pengembangan ekosistem digital nasional, khususnya dalam bidang pengujian dan kalibrasi dengan metode dan standar internasional. “IDTH memiliki sejumlah kegunaan dan peran strategis dalam pengujian perangkat, salah satunya, adalah memastikan keamanannya,” ujar Syaharuddin
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ahmad Febrian