Perdagangan Indonesia di Februari Melambat



JAKARTA. Ekonomi Indonesia di dua bulan pertama 2017 masih belum bergerak. Ini terlihat dari nilai ekspor Februari 2017 yang turun 6,17% menjadi US$ 12,57 miliar dibandingkan Januari 2017. Penurunan ekspor terutama disumbangkan oleh sektor nonmigas yang turun 6,21%.

Sementara impor Februari 2017 mencapai US$ 11,26 miliar, turun 5,96% dibanding Januari 2017. Seperti juga ekspor nonmigas yang turun, impor nonmigas Februari 2017 turun lebih dalam 12,93% dibanding Januari 2017. Dibandingkan Februari 2016, impor Februari 2017 turun 2,46%.

Kepala BPS Suharyanto bilang, penurunan ekspor karena faktor musiman. "Selain ekspor nonmigas, ekspor migas juga turun," katanya. Dengan angka ekspor dan impor itu, di Februari 2017, neraca perdagangan masih surplus US$ 1,32 miliar.


Beberapa komoditas pendorong surplusnya Neraca Perdagangan Februari 2017 antara lain ekspor perhiasan dan permata, karet dan bahan dari karet, serta bahan kimia dan organik.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, ekspor minyak kelapa sawit (CPO) juga meningkat. Walau ekspor ke India turun, tetapi ke negara lain seperti Pakistan naik. "Ini indikasi perkembangan perdagangan di Laut Hindia," katanya.

Berdasarkan negara tujuan ekspor nonmigas, China menduduki posisi pertama dengan nilai US$ 1,36 miliar, diikuti Amerika Serikat (US$ 1,36 miliar) dan India (US$ 1,02 miliar). India menggeser posisi Jepang yang sebelumnya berada pada posisi di tiga besar tujuan ekspor Indonesia. "Kita berharap, ke depan ada pasar baru untuk ekspor nonmigas," kata Sasmito.

Sasmito berharap ke depannya ada variasi ekspor yang bisa digenjot pemerintah. Contohnya ekspor mobil ke Filipina dan buah-buahan ke Arab Saudi. "Buah di Timur Tengah masih dikuasai Mesir. Jeruk, pisang banyak ke Arab Saudi dari Mesir," ucapnya.

Ia memperkirakan pada Maret 2017, neraca perdagangan Indonesia tetap surplus. Ekspor akan semakin besar jika pemerintah bisa melakukan diversifikasi ekspor, tidak hanya komoditas.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta bilang, pelambatan ekspor di awal tahun ini terjadi karena momentum kenaikan harga komoditas mulai jenuh. Selain itu, impor non-migas yang melambat pertanda permintaan domestik tidak terlalu kuat di kuartal I-2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia