KONTAN.CO.ID - TOKYO. Industri mesin Jepang tengah terpuruk di awal tahun. Pesanan mesin produksi Jepang mengalami penurunan tercepat pada Januari 2019, dan ini merupakan penurunan tercepat sepanjang empat bulan terakhir akibat perang tarif dagang Amerika Serikat – China yang menghantam perdagangan global. Dilansir dari
Reuters, Rabu (13/3), bahwa perang dagang tersebut juga berdampak pada penurunan permintaan dari sektor manufaktur mobil dan peralatan telekomunikasi di Jepang menjadi lebih rendah. Hal ini terlihat dari penurunan penjulan mesin sebesar 5,4% dari bulan ke bulan, yang berupa pemesan inti mesin. Ini menjadi indikator utama penurunan modal perusahaan pada kisaran 1,7% dan diikuti penurunan 0,3% yang telah direvisi pada bulan sebelumnya. Penurunan ini sendiri telah terjadi semenjak September tahun lalu.
Para ekonom memperingatkan bahwa ketidakpastian kebijakan perdagangan China-Amerika Serikat akan meningkatkan belanja modal kerja di sektor korporasi Jepang. Padahal instrument ini menjadi salah satu bagi penting yang menunjukkan perekonomian Jepang lebih baik. Sementara Amerika Serikat dan Cina dalam beberapa pekan terakhir secara terbuka berusaha untuk menyelesaikan perselisihan perdagangan antara keduanya. Sayangnya, kedua negara ini belum menyepakati untuk menghilangkan kebijakan tarif perdagangan demi memperbaiki perdagangan global. "Wajar saja untuk mengatakan bahwa prospek belanja modal kerja di Jepang tidak cerah. Karena ada kebingungan tentang kesepakatan perdagangan AS-China, hal ini membuat perusahaan-perusahaan Jepang lebih pesimistis, yang merupakan risiko bagi rencana pengeluaran modal pada tahun fiskal yang baru,” kata Shuji Tonouchi, ekonom pasar senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan, pelemahan modal kerja industri telah terjadi selama enam tahun dia menjabat sabagai pemimpin negara. Makanya Abe tengah berjuang untuk menjaga tingkat ekonomi ketika Bank of Japan juga menghadapi tekanan untuk menopang pertumbuhan dengan pemberian stimulus. Menyoroti kelemahan dalam ekonomi global, pesanan mesin inti dari luar negeri turun 18,1% pada Januari, menurut data kantor Kabinet pemerintahan pada hari. Realisasi tersebut sudah sesuai dengan penurun pada Desember tahun lalu, yang merupakan penurunan tertinggi sejak Januari 2016. Pesanan mesin "Core" tidak termasuk untuk kapal dan dari utilitas listrik. Pesanan dari produsen turun 1,9% bulan ke bulan di Januari setelah revisi penurunan 4,4% di Desember 2018. Sementara pesanan di sektor non-manufaktur merosot 8,0%, yang juga terjadi dari bulan ke bulan tercepat dalam empat bulan. Perencanaan modal kerja secara umum dalam keadaan sehat untuk beberapa waktu terakhir tetapi penurunan perdagangan meningkatkan risiko perusahaan yang memilih untuk memangkas anggaran pengeluaran pada tahun fiskal 2019, yang akan berdampak pada kegiatan bisnis perusahaan secara lebih luas.
Sebagian besar perusahaan Jepang memulai tahun fiskal mereka pada bulan April, saat itulah mereka diharapkan menyusun pengeluaran modal dan rencana investasi. Survei Kementerian Keuangan pada hari Selasa lalu menunjukkan perusahaan berencana untuk memotong pengeluaran modal kerja sebesar 6,2% pada fiskal 2019, dibandingkan kenaikan 7,4% pada fiskal 2018. Itu akan menjadi pertanda buruk bagi kinerja Bank Of Japan yang tengah diawasi ketat pada 1 April mendatang, terhadap sentiment dan pengeluaran perusahaan. Risiko lain bagi ekonomi Jepang adalah rencana pemerintah untuk menaikkan pajak penjualan nasional menjadi 10% dari 8% pada Oktober 2019. Pemerintah membutuhkan pendapatan tambahan untuk meningkatkan anggaran kesejahteraan, tetapi kenaikan pajak juga bisa melemahkan pengeluaran konsumen. Bank sentral Jepang mengakhiri pertemuan kebijakan moneter dua hari pada hari Jumat dan kemungkinan akan mempertahankan pandangannya bahwa ekonomi yang bergantung pada ekspor sedang berkembang secara moderat tetapi memperingatkan akan meningkatnya risiko di luar negeri.
Editor: Tendi Mahadi