Perdagangan RI ke China, Australia, dan Thailand Mengalami Defisit pada Juni 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan non minyak dan gas (migas) Indonesia dengan beberapa mitra dagang utamanya mencatatkan defisit pada Juni 2024, menurut laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS). 

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan bahwa Indonesia mengalami defisit perdagangan paling dalam dengan China, Australia, dan Thailand.

Perdagangan dengan China mengalami defisit sebesar US$ 0,693 miliar, dengan Australia sebesar US$ 0,331 miliar, dan dengan Thailand sebesar US$ 0,327 miliar. 


“Defisit terdalam yang dialami dengan Tiongkok ini didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84),” tutur Amalia dalam konferensi pers, Senin (15/7).

Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Indonesia pada Juni 2024 Menciut Jadi US$ 2,39 Miliar

Kemudian, didorong oleh mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85), serta plastik dan  barang dari plastik (HS 39).

Sementara itu, terdapat tiga negara yang menyumbang surplus neraca perdagangan non migas terbesar pada Juni 2024  yakni India, Amerika Serikat dan Filipina.

Neraca perdagangan non migas Indonesia dengan India tercatat sebesar US$ 1.466,3 miliar, namun turun dari bulan sebelumnya yang sebesar US$ 1.552 miliar.

Adapun neraca perdagangan non migas Indonesia dengan Amerika Serikat tercatat sebesar US$ 1.216,7 miliar, atau naik dari bulan sebelumnya sebesar US$ 1.204,6 miliar.

Terakhir, neraca perdagangan non migas Indonesia dengan Filipina tercatat sebesar US$ 0,694 miliar, atau naik dari bulan sebelumnya sebesar US$ 0,739 miliar.

Baca Juga: BPS: Impor Juni 2024 Turun 4,89% Secara Bulanan

Amalia menyebut, surplus terbesar dengan India ini didorong oleh komoditas lemak dan minyak hewan nabati (HS 15) utamanya crude palm oil (CPO), bahan bakar mineral (HS 27), dan besi dan baja (HS 72).

Untuk diketahui, surplus neraca perdagangan non migas pada Juni 2024 mencapai US$ 4,43 miliar, atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 4,25 miliar, maupun bulan yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 4,41 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .