Perdagangan sumbang NPF terbesar bank syariah



JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis industri perbankan syariah pada tahun 2017 akan membaik di 2017. Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK Mulya E. Siregar mengatakan, di tahun 2016 perbankan syariah juga telah melakukan konsolidasi untuk meminimalisir dampak perlambatan ekonomi terutama di beberapa sektor tertentu.

Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah (SPS) per Oktober 2016 tercatat, pembiayaan syariah menjadi Rp 237,02 triliun atau naik 14,08% dibandingkan Oktober 2015 sebesar Rp 207,76 triliun. Meski begitu, rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) masih tinggi di 4,39% per Oktober 2016. Jumlah ini naik dibandingkan NPF bulan sebelumnya sebesar 4,31%.

Penyumbang NPF terbesar berasal dari sektor perdagangan sebesar Rp 2,4 triliun. Jika dibandingkan dengan Oktober tahun 2015, jumlah ini naik 17,48% dari total NPF sektor perdagangan tahun lalu sebesar Rp 2,09 triliun. Sementara dari sisi rasio NPF, sektor perdagangan juga masih tinggi sebesar 8,36% pada Oktober 2016 atau naik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya 8,24%.


Dengan begitu, Direktur Wholesale Banking PT Bank Syariah Mandiri (BSM), Kusman Yandi menyebut, pihaknya tengah mengurangi pembiayaan ke sektor tersebut. Adapun saat ini, portofolio penyaluran pembiayaan ke sektor perdagangan di BSM masih sebesar 10,47%.

Sektor listrik, gas dan air, transportasi, tambang dan konstruksi juga dinilai menyumbang NPF terbanyak untuk BSM. "Di luar empat sektor itu, NPF kami sudah terkendali dengan baik dan relati kecil," ujar Kusman, Jumat (6/1). 

Meski begitu, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad menyebut NPF mengalami kecenderungan menurun pada akhir tahun 2016. Pasalnya, rasio NPF per akhir November 2016 berada di level 3,2%, "Di tengah kondisi perlambatan ekonomi, level NPF masih terjaga di bawah threshold 5%," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini