KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah memutuskan untuk menyerahkan 100% hak partisipasi Blok Mahakam ke PT Pertamina (Persero) dari PT Total EP Indonesie dan Inpex Corporation. Keputusan tersebut membuat banyak kontraktor jasa penunjang migas khawatir kontrak yang ada di Mahakam juga ikut berakhir. Namun PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) masih bisa bernafas lega karena sudah mengamankan kontrak di Blok Mahakam hingga tahun depan. Direktur PKPK, Untung Haryono bilang, kontrak Perdana Karya di Blok Mahakam yang dimulai pada 15 Juli 2014 lalu seharusnya sudah berakhir pada 14 Juli 2017 lalu. Namun kontrak Tatun Well Connection (Mechanical) Package D senilai Rp 324,5 miliar ini diperpanjang sampai Desember 2017. "Nah ini diperpanjang lagi sampai Desember 2018," kata Untung ke Kontan.co.id, Selasa (19/12). Perpanjangan kontrak di Mahakam ini dilakukan karena penyerapan anggaran yang belum maksimal akibat adanya transisi dari Total EP Indonesie ke Pertamina. "Penyerapannya tidak terlalu banyak karena masa transisi dari Total ke Pertamina," jelas Untung.
Perdana Karya amankan kontrak di Blok Mahakam
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah memutuskan untuk menyerahkan 100% hak partisipasi Blok Mahakam ke PT Pertamina (Persero) dari PT Total EP Indonesie dan Inpex Corporation. Keputusan tersebut membuat banyak kontraktor jasa penunjang migas khawatir kontrak yang ada di Mahakam juga ikut berakhir. Namun PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) masih bisa bernafas lega karena sudah mengamankan kontrak di Blok Mahakam hingga tahun depan. Direktur PKPK, Untung Haryono bilang, kontrak Perdana Karya di Blok Mahakam yang dimulai pada 15 Juli 2014 lalu seharusnya sudah berakhir pada 14 Juli 2017 lalu. Namun kontrak Tatun Well Connection (Mechanical) Package D senilai Rp 324,5 miliar ini diperpanjang sampai Desember 2017. "Nah ini diperpanjang lagi sampai Desember 2018," kata Untung ke Kontan.co.id, Selasa (19/12). Perpanjangan kontrak di Mahakam ini dilakukan karena penyerapan anggaran yang belum maksimal akibat adanya transisi dari Total EP Indonesie ke Pertamina. "Penyerapannya tidak terlalu banyak karena masa transisi dari Total ke Pertamina," jelas Untung.