Perebutan Krakatau Steel Semakin Seru



Tiga pabrik baja kelas dunia, ArcelorMittal, Tata Steel dan BlueScope Steel, makin serius berebut meminang pabrik baja terbesar di negeri ini: PT Krakatau Steel. Sekadar informasi, BlueScope merupakan perusahaan baja asal Australia. Sementara ArcelorMittal adalah industri baja terpadu terbesar di dunia yang pabriknya tersebar di mana-mana. Sedangkan Tata asli India. Kamis (8/5) kemarin, ketiganya secara terpisah menemui pemerintah. Perwakilan Mittal menemui Menteri Negara (Menneg) BUMN Sofyan Djalil. Sedangkan BlueScope bersua dengan Menteri Perindustrian Fahmi Idris. Sementara Tata memilih menemui Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka Departemen Perindustrian Ansari Bukhari.

Kepada Menneg BUMN, Mittal menyatakan siap membeli saham dan membentuk usaha patungan dengan Krakatau Steel. Mittal juga siap menggandeng PT Aneka Tambang (Antam). "Kami ambil angka maksimum 49% melalui strategic partner," ujar Executive Vice President Finance and M & A ArcelorMittal, Sudhir Maheshwari. Namun, Sofyan menyatakan, pemerintah belum menjawab pinangan Mittal. "Kami masih mendiskusikannya. Tapi manajemen Krakatau Steel dan Antam sudah mendengar keinginan Mittal," katanya.

Berbeda dengan Mittal, BlueScope lebih memilih membeli saham langsung. "BlueScope hanya menyatakan ketertarikannya untuk mengakuisisi, bukan membuat perusahaan patungan," kata Fahmi Idris. Jika Mittal dan BlueScope sudah menyampaikan rencana inti mereka, Tata masih menjajaki. "Mereka baru akan bertemu saya," ujar Ansari Bukhari.


Ketiga investor asing itu boleh saja makin serius berebut masuk. Cuma, manajemen Krakatau Steel tetap menolak. "Sekali lagi saya katakan kepada investor, silakan datang. Tapi, kalau untuk private investment, saya bilang ke pemerintah coba pikirkan lagi," papar Komisaris Utama Krakatu Steel Taufiequrachman Ruki. Sedari awal, Krakatau Steel memang lebih suka melepas sahamnya di lantai bursa atau membentuk usaha patungan bila ada investor yang akan masuk. Bagaimana pun pasar baja di Indonesia memang potensial. Kebutuhan baja per tahun sembilan juta ton. Sementara pasokannya cuma enam juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test