Perekonomian AS Makin Lemas, Harga Minyak Kian Memelas



SINGAPURA. Harga minyak mentah dunia terjungkal ke level yang paling rendah dalam tiga tahun ini di New York dan memberi sinyal bahwa perekonomian AS sebagai konsumen energi terbesar kedua di dunia menjadi kian parah, bahkan lebih parah dari yang diprediksikan semula. AS pertama kali memasuki masa resesi pada Desember 2007 lalu. Panel sejumlah ekonom yang menghitung perguliran bisnis AS menghitungnya kemarin. Produksi pabrikan AS di bulan November juga menyusut di fase yang paling cepat dalam 26 tahun ini. Minyak juga ikut amblek setelah OPEC menunda keputusan untuk memangkas produksi lagi hingga pertemuan berikutnya pada 17 Desember di Oran, Algeria. “Apa yang kita lihat saat ini adalah tipe kolapsnya perekonomian sekali-dalam-satu-generasi,” kata Jonathan Kornafel, direktur Hudson Capital Energy di Singapura.“Ada kesepakatan umum bahwa pasar telah menyentuh level terendahnya di US$ 40 per barel, sehingga sangat sulit untuk membuatnya menjadi lebih singkat. Tapi di waktu yang bersamaan tidak ada alasan bagi pasar untuk bisa pulih,” katanya. Harga minyak untuk pengiriman Januari menyusut US$ 1,62, atau 3,29% menjadi $47.66 per barel pada pukul 02.23 di New York Mercantile Exchange. Level ini merupakan yang paling rendah sejak 20 Mei 2005. Kontrak juga tergelincir US$ 5,15, atau 9,5% menjadi US$ 49,28 per barel kemarin, level yang paling rendah sejak 23 Mei 2005.Harga minyak telah menyusut 68% setelah menyentuh rekor tertingginya US$ 147,27 pada 11 Juli lalu seiring AS, Eropa dan Jepang menghadapi resesi sejak perang dunia II. Pernyataan bahwa AS memasuki masa resesi dicuatkan oleh National Bureau of Economic Research yang bermarkas di Cambridge, Massachusetts. Menurut kelompok ini, terakhir kali AS mengalami resesi pada bulan Maret hingga November 2001. Menteri-menteri yang tergabung dalam Organization of Petroleum Exporting Countries menunda pembicaraan mengenai pemangkasan produksi minyak yang kedua kalinya. Abu Dhabi National Oil Co., produsen minyak United Arab Emirates akan menyuplai pengiriman penuh minyak mentahnya untuk konsumen  di Asia pada bulan Januari. Hal ini dibeberkan oleh empat trader di pengilangan di Jepang, Korea Selatan dan Singapura. OPEC akan mengurangi produksi minyaknya pada pertemuan di Oran, Algeria, pertengahan bulan ini. Sekjen OPEC Abdalla el-Badri bilang, permintaan minyak kemungkinan akan terus menyusut tahun depan. “Untuk pastinya, akan ada aksi (keputusan-red) dalam pertemuan tersebut,” kata el-Badri. Cadangan minyak mentah di AS kemungkinan akan naik untuk minggu yang ke-10 seiring dengan impor yang juga melonjak tajam. Survei sejumlah analis oleh Bloomberg News memperlihatkan hal tersebut. Menurut perkiraan tengah dari enam analis yang disurvei oleh Bloomberg, persediaan minyak mentah kemungkinan menggemuk 850 ribu barel per 28 November 2008 lalu dari 320,8 juta barel di minggu sebelumnya. Kilang minyak kemungkinan mengoperasikan 86,5% dari kapasitasnya, naik 0,3% dari minggu sebelumnya. Persediaan bensin kemungkinan juga meningkat 1,5 juta barel dari 200,5 juta barel di minggu sebelumnya. Departemen Energi dijadwalkan untuk melansir laporan mingguannya pada hari Rabum 3 Desember pada pukul 10.35 waktu Washington. Minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Januari juga anjlok US$ 1,67 atau 3,5 % menjadi US$ 46,30 per barel di ICE Futures Europe exchange London. Kontrak kemarin juga melandai US$ 5,52atau 10% menjadi US$ 47,97 per barel. Ini adalah level yang paling rendah sejak 19 Mei 2005.


Editor: