KONTAN.CO.ID - BEIJING. Produksi pabrik dan penjualan ritel China tumbuh dengan laju yang lebih cepat di Agustus 2023. Namun, penurunan investasi di sektor properti yang dilanda krisis mengancam dukungan untuk menstabilkan perekonomian China. Melansir Yahoo! Finance, Jumat (15/9), para pembuat kebijakan China menghadapi tugas yang berat dalam membangkitkan pertumbuhan ekonomi setelah pemulihan pasca Covid-19, ditambah adanya pelemahan terus-menerus dalam industri properti, mata uang yang goyah, dan permintaan global yang lemah untuk barang-barang manufaktur China. Data Biro Statistik Nasional (NBS) menunjukkan, produksi industri naik 4,5% pada Agustus dari tahun sebelumnya.
Penjualan ritel juga meningkat dengan laju 4,6% di bulan Agustus 2023 yang ditopang oleh liburan musim panas dan merupakan pertumbuhan tercepat sejak Mei 2023, jika dibandingkan dengan kenaikan 2,5% di bulan Juli 2023, dan ekspektasi kenaikan 3%.
Baca Juga: China Pangkas Rasio Cadangan Bank untuk Kedua Kalinya pada Tahun 2023 Data itu menunjukkan bahwa serangkaian langkah baru-baru ini untuk menopang ekonomi China yang goyah mulai membuahkan hasil. Meskipun demikian, para analisis memperkirakan pemulihan yang tahan lama masih jauh dari terjamin. Faktor utamanya karena kepercayaan tetap rendah di sektor properti yang sedang dilanda krisis dan terus menjadi penghambat utama pertumbuhan. "Meskipun ada tanda-tanda stabilisasi di sektor manufaktur dan investasi terkait, investasi properti yang memburuk akan terus menekan pertumbuhan ekonomi," kata Gary Ng, ekonom senior Natixis Asia Pasifik. Namun, pasar menunjukkan kelegaan pada beberapa indikator yang lebih baik dari perkiraan. Adapun Yuan China menyentuh level tertinggi dalam dua minggu terhadap dollar, sedangkan Indeks CSI 300 naik 0,2% dan Indeks Hang Seng Hong Kong naik 1% pada perdagangan Jumat pagi. Sementara itu, data menunjukkan penjualan kendaraan di China juga kembali tumbuh Agustus 2023 dari tahun sebelumnya. Sebab, adanya diskon yang lebih dalam dan keringanan pajak untuk kendaraan listrik mendorong sentimen konsumen. Untuk mempertahankan momentum pemulihan, bank sentral China mengatakan pada Kamis bahwa mereka akan memangkas jumlah uang tunai yang harus disimpan oleh bank-bank sebagai cadangan untuk kedua kalinya tahun ini demi meningkatkan likuiditas. Sebelumnya pada hari yang sama, bank juga memperpanjang pinjaman kebijakan jangka menengah yang jatuh tempo untuk menyuntikkan lebih banyak likuiditas ke dalam sistem keuangan. Namun, para analis mengatakan bahwa lebih banyak langkah kebijakan fiskal dan moneter diperlukan karena sektor properti yang sedang goyah, pengangguran kaum muda yang tinggi, ketidakpastian seputar konsumsi rumah tangga, dan meningkatnya ketegangan China-AS atas perdagangan, teknologi, dan geopolitik telah meningkatkan standar untuk pemulihan ekonomi yang tahan lama dalam waktu dekat.
Baca Juga: Bank Sentral China Minta Bank Besar Tahan Level Valuta Asing di Pasar Di sisi lain, angka-angka industri yang baru telah memberikan sedikit kenyamanan bagi para pembuat kebijakan dan investor. Untuk Agustus 2023, investasi properti tercatat turun 19,1% tahun ke tahun, jika dibandingkan penurunan 17,8% di bulan sebelumnya.
"Kami masih berharap bahwa penjualan perumahan akan mengalami kenaikan kecil dalam beberapa bulan mendatang, tetapi stimulus pada akhirnya tidak akan cukup untuk merefleksikan sektor ini," ujar Louise Loo, Ekonom China di Oxford Economics. Data lain menunjukkan lemahnya kepercayaan investor dengan investasi swasta menyusut 0,7% dalam delapan bulan pertama, memperdalam kontraksi 0,5% pada Januari-Juli 2023. Adapun investasi aset tetap berkembang pada laju yang sedikit lebih lambat, yaitu 3,2% dalam delapan bulan pertama tahun 2023 dari periode yang sama tahun sebelumnya. Investasi itu tercatat tumbuh 3,4% dalam tujuh bulan pertama. Sementara itu, tingkat pengangguran berdasarkan survei nasional meningkat sedikit menjadi 5,2% pada Agustus 2023, jika dibandingkan Juli 2023 sebesar 5,3%.
Editor: Herlina Kartika Dewi