KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi global diproyeksi melambat sepanjang tahun ini, yakni 2,9% secara tahunan. Ekonomi dunia, terutama kelompok negara berkembang, rentan terhadap berbagai risiko global seperti mengetatnya kebijakan bank-bank sentral, perdagangan global dan aktivitas industri yang melamban, dan tekanan pada pasar keuangan yang meningkat. Dalam laporan World Economic Prospects 2019, Bank Dunia menyebut, laju pengetatan moneter global yang lebih cepat berpotensi menyeret pertumbuhan ekonomi lebih rendah, terutama bagi negara berkembang. Kendati investor memprediksi kenaikan suku bunga The Federal Reserve bakal berakhir tahun ini, bank sentral Amerika Serikat (AS) masih melanjutkan sinyal kenaikan suku bunga yang berpotensi meningkatkan biaya pinjaman (borrowing cost) lebih tinggi lagi. "Naiknya biaya pinjaman dapat meningkatkan kecenderungan risk-aversion oleh investor dan menyebabkan aliran modal ke pasar negara berkembang terhenti," terang Bank Dunia dalam laporannya.
Perekonomian global melambat, Bank Dunia soroti sejumlah risiko di 2019
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi global diproyeksi melambat sepanjang tahun ini, yakni 2,9% secara tahunan. Ekonomi dunia, terutama kelompok negara berkembang, rentan terhadap berbagai risiko global seperti mengetatnya kebijakan bank-bank sentral, perdagangan global dan aktivitas industri yang melamban, dan tekanan pada pasar keuangan yang meningkat. Dalam laporan World Economic Prospects 2019, Bank Dunia menyebut, laju pengetatan moneter global yang lebih cepat berpotensi menyeret pertumbuhan ekonomi lebih rendah, terutama bagi negara berkembang. Kendati investor memprediksi kenaikan suku bunga The Federal Reserve bakal berakhir tahun ini, bank sentral Amerika Serikat (AS) masih melanjutkan sinyal kenaikan suku bunga yang berpotensi meningkatkan biaya pinjaman (borrowing cost) lebih tinggi lagi. "Naiknya biaya pinjaman dapat meningkatkan kecenderungan risk-aversion oleh investor dan menyebabkan aliran modal ke pasar negara berkembang terhenti," terang Bank Dunia dalam laporannya.