Perekonomian global membaik, aset berisiko makin menarik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar valuta asing atau valas menjadi instrumen investasi yang menarik seiring berkurangnya kekhawatiran pasar terhadap perekonomian global.

Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan, dengan kondisi global yang berangsur kondusif, investor akan mulai meninggalkan aset aman seperti emas dan beralih ke aset berisiko seperti mata uang rupiah. “Aset berisiko akan lebih menarik untuk dipegang dibandingkan aset aman,” kata Ahmad kepada Kontan.co.id, Jumat (17/1).

Ahmad merekomendasikan untuk membeli dolar Amerika Serikat (AS) saat ini. Menurut dia, saat ini dolar AS dapat menjadi mata uang pilihan sebagai investasi valas. Dolar AS menjadi menarik karena terus melemah terhadap rupiah.


Baca Juga: MAMI prediksi pasar keuangan Indonesia atraktif di 2020

Sebagai catatan, rupiah terus menguat sepanjang pekan ini. Mengutip Bloomberg, rupiah berada di level Rp 13.645 per dolar AS atau melemah 0,02% dari perdagangan kemarin. Dalam sepekan, rupiah menguat 0,92% terhadap dolar AS.

Sentimen kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok menjadi katalis utama pergerakan mata uang dan komoditi. Kesepakatan dagang ini membuat perekonomian global bergerak membaik. Alhasil, rupiah pun turut menguat mengikuti kondisi perekonomian global

Namun Ahmad mengingatkan untuk tetap memperhatikan kondisi pasar. Ketika kondisi pasar kembali dibayangi kekhawatiran seperti saat perang dagang serta jika negara dengan mata uang utama memutuskan untuk meningkatkan suku bunga, saat itulah waktu yang tepat untuk menjual dolar AS.

Baca Juga: Rupiah spot melemah tipis ke Rp 13.645 per dolar AS

“Jika ketidakpastian muncul kembali maka investor akan beralih ke aset aman,” tutur Ahmad.

Menurut Ahmad, rupiah masih berpotensi menguat. “Mungkin saja bisa menguat selama kondisi AS dan Tiongkok berisikan sentimen positif,” imbuh dia.

Selama satu tahun ke depan, Ahmad memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 13.350 hingga Rp 13.500 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati