JAKARTA. Perekonomian Indonesia sepertinya akan menggelinding di level yang paling lambat dalam dua tahun terakhir ini. Pasalnya, ekspor di kuartal keempat tahun lalu jeblok. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, GDP tumbuh 5,7% dalam waktu tiga bulan, hingga 31 Desember 2008. Tiga bulan sebelumnya, GDP sempat tumbuh hingga 6,1%. Hal ini mencuat dari perkiraan tengah 15 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg. Biro Pusat Statistik bakal merilis datanya setelah pukul 13.30 hari Senin (16/2) ini. Penjualan internasional terjungkal 20% di bulan Desember. Resesi global yang semakin memburuk telah mengikis permintaan karet, elektronik dan minyak. Lambatnya pertumbuhan ekonomi juga semakin menambah tekanan bank sentral untuk memangkas suku bunga acuan lebih besar lagi untuk menyokong pengeluaran konsumen. Sementara itu, pemerintah memprediksikan pertumbuhan ekspor akan melambat di level yang cukup mini pada tahun kerbau ini, yaitu 1%, dalam sembilan terakhir terakhir ini. "Besarnya penurunan ini kemungkinan bisa membantu menentukan seberapa cepat dan bagaimana para pemangku kebijakan menyiapkan strategi untuk memangkasnya," kata Helmi Arman, Ekonom PT Bank Danamon. Menurutnya, pertumbuhan investasi sepertinya juga melambat lantaran konsumsi semen menyusut dan penjualan kendaraan juga anjlok. Rupiah telah anjlok lebih dari 6% tahun ini menjadi Rp 11.863 per dolar AS. Hal ini makin membuat mata uang ini menjadi mata uang yang berkinerja paling buruk setelah Won Korea, diantara mata uang lain di Asia. Hingga akhir tahun ini, Bank Indonesia kemungkinan akan memangkas suku bunganya dari 8,25% menjadi 7,25% untuk menyokong konsumsi. Hal ini ditegaskan Lim Su Sian, Ekonom DBS Group Holdings Ltd. di Singapore. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Perekonomian Indonesia Menggelinding di Level yang Cukup Mini
JAKARTA. Perekonomian Indonesia sepertinya akan menggelinding di level yang paling lambat dalam dua tahun terakhir ini. Pasalnya, ekspor di kuartal keempat tahun lalu jeblok. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, GDP tumbuh 5,7% dalam waktu tiga bulan, hingga 31 Desember 2008. Tiga bulan sebelumnya, GDP sempat tumbuh hingga 6,1%. Hal ini mencuat dari perkiraan tengah 15 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg. Biro Pusat Statistik bakal merilis datanya setelah pukul 13.30 hari Senin (16/2) ini. Penjualan internasional terjungkal 20% di bulan Desember. Resesi global yang semakin memburuk telah mengikis permintaan karet, elektronik dan minyak. Lambatnya pertumbuhan ekonomi juga semakin menambah tekanan bank sentral untuk memangkas suku bunga acuan lebih besar lagi untuk menyokong pengeluaran konsumen. Sementara itu, pemerintah memprediksikan pertumbuhan ekspor akan melambat di level yang cukup mini pada tahun kerbau ini, yaitu 1%, dalam sembilan terakhir terakhir ini. "Besarnya penurunan ini kemungkinan bisa membantu menentukan seberapa cepat dan bagaimana para pemangku kebijakan menyiapkan strategi untuk memangkasnya," kata Helmi Arman, Ekonom PT Bank Danamon. Menurutnya, pertumbuhan investasi sepertinya juga melambat lantaran konsumsi semen menyusut dan penjualan kendaraan juga anjlok. Rupiah telah anjlok lebih dari 6% tahun ini menjadi Rp 11.863 per dolar AS. Hal ini makin membuat mata uang ini menjadi mata uang yang berkinerja paling buruk setelah Won Korea, diantara mata uang lain di Asia. Hingga akhir tahun ini, Bank Indonesia kemungkinan akan memangkas suku bunganya dari 8,25% menjadi 7,25% untuk menyokong konsumsi. Hal ini ditegaskan Lim Su Sian, Ekonom DBS Group Holdings Ltd. di Singapore. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News