Perekonomian Jepang memasuki era inflasi



TOKYO. Doa Pemerintah Jepang terkabul. Kabut kelam deflasi selama 15 tahun terakhir mulai beringsut meninggalkan ekonomi Jepang. Di akhir Juli kemarin, indeks harga konsumen atawa inflasi Jepang menunjukkan kenaikan sebesar 0,7% dibandingkan periode sama di tahun lalu. Kabar baik lain, kenaikan ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2008 silam.

Data biro statistik Jepang mengungkapkan, kenaikan inflasi sebesar 0,7% belum termasuk melonjaknya harga pangan. Yang pasti, pencapaian inflasi ini melampaui estimasi survei Bloombeberg terhadap 29 analis. Tebakan analis, kenaikan inflasi hanya 0,6%.

Junko Nishioka, Kepala Ekonom Royal Bank of Scotland Group Plc di Tokyo, menyatakan kenaikan inflasi menjadi sinyal positif bagi bank sentral Jepang (BoJ) agar mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter. "Ekonomi Jepang benar-benar memasuki masa inflasi," ujar seperti dikutip Bloomberg, Jumat (30/8).


Pemicu utama kenaikan inflasi Jepang adalah kenaikan harga energi. Ini terjadi lantaran penutupan pembangkit listrik energi nuklir Fukushima beberapa waktu lalu. Masyarakat dan kalangan industri Jepang pun beralih menggunakan bahan bakar minyak sebagai sumber energi.

Faktor penopang lain yaitu stimulus berlimpah dari pemerintah. Di April kemarin, BoJ berjanji menaikkan besaran stimulus ke pasar. Kebijakan ini memicu pelemahan Yen terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Dus, pelemahan Yen mengakibatkan besaran impor energi menjadi lebih mahal.

Selain energi, harga gandum juga beringsut naik. Jepang mengimpor sekitar 60% dari total konsumsi gandum. Harga gandum mendaki 4,1% pada akhir Juli 2013, dibandingkan dengan periode sama di tahun lalu. Jika mengesampingkan kenaikan harga energi dan pangan, ekonomi Jepang masih deflasi sebesar 0,1% di akhir Juli. Ini sejatinya masih merupakan kabar baik. Sebab, tingkat penurunan harga bulanan ini merupakan yang terendah sejak Februari 2009.

Kenaikan pajak

Jika berpatokan pada yield obligasi pemerintah Jepang tenor lima tahun, inflasi Jepang diprediksi masih di kisaran 1,16%. Sementara, Jepang bercita-cita angka inflasi mampu menembus level 2% dalam tempo dua tahun mendatang.Kabar kenaikan inflasi semakin memperkuat asumsi pelaku pasar bahwa pemerintah bakal mengatrol pajak penghasilan. Kebijakan ini bakal diputuskan di awal Oktober mendatang. Rencananya, PM Shinzo Abe akan mengerek pajak penghasilan dari 5% menjadi 8%.

Wakil Gubernur BoJ, Kikuo Iwata, menyatakan pihaknya masih mematangkan rencana kenaikan pajak penghasilan. "Tren inflasi ini masih di tahap awal. Kami masih menghitung efek kenaikan pajak jika diberlakukan," ujar dia. Catatan saja, ekonomi Jepang di kuartal II kemarin tumbuh 2,6%. Sementara, tingkat pengangguran Jepang bertengger di level 3,8% di akhir Juli. n

Editor: Dessy Rosalina