Perekonomian Negeri Naga Paling Kokoh di Dunia



JAKARTA. China mungkin punya masalah pengangguran dan penurunan ekspor, namun ekonomi naga Asia itu lebih kokoh dari negara besar dunia lainnya sekarang. Setidaknya, angka kredit baru dari empat bank terbesar China bulan lalu masih melonjak mencapai rekornya sebesar US$ 176 miliar.


China juga naik dari 41,2 di Desember, menjadi 45,3 di Januari. Cadangan devisa China masih berjumlah US$ 1,95 triliun. "Data-data yang ada menunjukkan kredit baik, suplai uang baik, dan PMI bergerak ke level sedikit buruk dari yang tadinya sangat buruk," ujar James McCormic, Kepala Riset Mata Uang Citigroup Inc. London kepada Bloomberg.

Ia memprediksi nilai tukar yuan bakal menguat 3,5% menjadi CNY 6,60 per dolar AS di akhir 2009. Namun, pendapat pasar berbeda dengannya. Kontrak non delivery forward (NDF) yuan menunjukkan, para trader bertaruh yuan akan merosot menjadi 6,9550 yuan per dolar AS dalam setahun.

Maklum, sebelumnya, Gubernur People Bank of China (PBOC) Zhou Xiaochuan menyatakan ingin menghindari fluktuasi mata uang yang besar. Perdana Menteri China Wen Jiabou pun berkata yuan yang stabil menguntungkan ekonomi dunia.

Manajer Pemasaran CIC Futures Herry Setyawan berpendapat, yuan memang bakal bergerak stabil dalam jangka pendek. "Ini tergantung kebijakan otoritas yang biasanya lebih suka yuan melemah untuk membantu ekspor," ujarnya. Sebab, nilai tukar yuan cuma boleh diperdagangkan 0,5% dari rentang yang sudah ditentukan.

Namun, ia setuju yuan dalam jangka panjang bisa menguat. "Ekonomi China pulih lebih cepat dari yang lain. Arus dana masuk China akan deras," jelasnya. Ia memperkirakan yuan akan berada di kisaran CNY 6,70-CNY 6,80 per dolar AS.

Sekedar informasi, bursa Shanghai mencetak kinerja terbaik di dunia. Indeks Shanghai naik 24% dari awal tahun. China juga mulai memperluas penggunaan yuan. Misalnya, Beijing membolehkan anggota ASEAN memakai yuan dalam perdagangan di Guangxi dan Yunnan. Beijing juga baru melakukan bilateral swap agreement atas yuan dengan Hong Kong, Korea Selatan, dan Malaysia.

Purchasing Managers Index (PMI)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie