Perekonomian Sejumlah Negara Berangsur Pulih dari Pandemi Covid-19



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pasca pembatasan Covid-19 yang sudah berakhir di beberapa negara, perekonomian di sejumlah negara tersebut berangsur pulih.

Sebut saja China yang perekonomiannya telah menguat dalam dua bulan pertama tahun ini. meskipun pemulihan tetap tidak seimbang karena produksi industri tertinggal.

Di China, penjualan ritel naik 3,5% dari periode yang sama tahun lalu, Biro Statistik Nasional (NBS) mengatakan itu sejalan dengan perkiraan dan berbalik dari penurunan 1,8% pada Desember tahun lalu.


Rincian data ritel menunjukkan penjualan obat China dan Barat naik tercepat, sebesar 19,3% dalam periode dua bulan. Penjualan BBM dan produknya tumbuh 10,9% dan katering naik 9,2%.

Baca Juga: Inggris: Rusia & China Ancam Ciptakan Bahaya dan Kekacauan Global

Sementara itu, produksi industri naik lebih lambat dari perkiraan sebesar 2,4%, sementara tingkat pengangguran meningkat setelah liburan Tahun Baru Imlek. Investasi aset tetap tumbuh yang menunjukkan pemerintah menggenjot belanja infrastruktur untuk memacu pemulihan.

“Ini mungkin memperkuat pandangan bahwa meskipun kita memiliki kenaikan berurutan setelah pembukaan kembali, itu tidak akan menjadi ledakan besar,” kata Johanna Chua, kepala ekonom Asia Pasifik di Citigroup Global Markets dikutip dari Blomberg, Rabu (15/3).

Seperti diketahui,, China telah menghentikan program nol-Covid nya pada akhir tahun lalu. Pabrik-pabrik merasa diuntungkan karena hambatan logistik dan pembatasan berakhir, tetapi produksi juga dipengaruhi oleh liburan panjang dan gelombang infeksi.

NBS mengatakan aktivitas stabil dan pulih kembali dalam dua bulan pertama, meskipun lingkungan global tetap tidak pasti dan masih ada permintaan yang tidak mencukupi dalam perekonomian.

Sementara itu, Jepang juga melihat dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 sudah mulai berkurang. Terlihat dari aktivitas sektor jasa Jepang yang tumbuh pada laju tercepat dalam delapan bulan pada Februari.

Indeks manajer pembelian (PMI) akhir dari Jibun Bank Japan Services naik pada bulan Februari menjadi 54,0 yang disesuaikan secara musiman dari 52,3 pada bulan Januari.

"Ekonomi jasa Jepang mengisyaratkan bahwa kondisi permintaan telah membaik pada tingkat yang lebih kuat selama Februari," kata Usamah Bhatti, ekonom di S&P Global Market Intelligence dikutip dari Reuters, Rabu (15/3).

Subindeks menunjukkan pesanan baru dan permintaan luar negeri tumbuh selama enam bulan, dengan pesanan baru meningkat pada laju tercepat sejak Mei 2022.

Bhatti melihat peningkatan bisnis yang luar biasa melihat tingkat pertumbuhan paling tajam dalam lima setengah tahun di bulan Februari karena ekspansi permintaan.

Jepang juga telah melihat pemulihan dalam pariwisata setelah pemerintah membatalkan pembatasan Covid-19 pada Oktober, dengan data dari badan pariwisata nasional menunjukkan pengunjung luar negeri naik menjadi sekitar 1,5 juta pada Januari.

Baca Juga: Ekonom Menilai Negara ASEAN Diyakini Tak akan Mengalami Resesi, Berikut Alasannya

“Perusahaan sektor swasta Jepang tetap sangat optimistis bahwa aktivitas akan terus berkembang selama 12 bulan mendatang karena bobot pandemi dan inflasi yang terus-menerus pada ekonomi menunjukkan sinyal pelonggaran yang berkelanjutan," kata Bhatti.

Departemen Keuangan AS belum lama ini juga memberikan laporan bahwa berdasarkan tren sebelum pandemi, AS memiliki kinerja yang lebih baik daripada ekonomi G7 lainnya (dan kawasan Euro) dengan PDB riil hanya 1,2% di bawah tren.

Hal tersebut dikatakan tercermin dari pengeluaran konsumsi rumah tangga AS yang kembali ke tren pra-pandemi pada kuartal kedua tahun 2021. Dimana, konsumsi rumah tangga tetap berada di bawah tren pra-pandemi di sebagian besar negara maju lainnya.

“Meskipun pertumbuhan lebih tinggi, inflasi inti AS sekarang lebih rendah dibandingkan banyak negara ekonomi maju utama lainnya,” tulis laporan tersebut.

Editor: Herlina Kartika Dewi