Perekonomian Singapura Semakin Memburuk



SINGAPURA. Sepertinya, tidak ada tanda-tanda perbaikan ekonomi dunia dalam waktu dekat. Bahkan di beberapa negara, perekonomian dirasakan semakin melambat. Di Singapura, misalnya. Pada Juli lalu, tingkat produksi dari sektor industri Singapura mengalami penurunan terparah dalam dua tahun belakangan.

Pemicu utamanya disebabkan adanya pengurangan jumlah produksi dari perusahaan-perusahaan farmasi dan petrokimia. Itu menandakan, perlambatan ekonomi yang terjadi di Negeri Merlion itu semakin parah saja.

Asal tahu saja, sepanjang Juli kemarin, produksi farmasi mengalami penurunan drastis sebesar 69,7% dibanding tahun sebelumnya, setelah sempat naik 6,7% pada bulan Juni. Sementara, produksi obat-obatan juga anjlok 22% dan produksi barang-barang elektronik merosot 30%.


Menurut Badan Pengembangan Ekonomi Singapura, sektor manufaktur di negara itu anjlok 21,9% dibanding tahun sebelumnya. Padahal, pada bulan Juni, sektor ini sedikit mengalami koreksi dan meningkat sebesar 2,4%. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding nilai tengah sembilan ekonom yang disurvei Bloomberg yang memperkirakan adanya penurunan sebesar 15,1%. 

Sementara, berdasarkan laporan yang dirilis hari ini, produksi di sektor industri turun 1,8% pada Juli dibanding bulan sebelumnya. Pada Juni lalu, produksi di sektor industri sempat mengalami kenaikan sebesar 4,4%. Padahal, para ekonom memperkirakan adanya peningkatan sebesar 6,4%.

Menurut Menteri Perdagangan dan Industri Lim Hng Kiang, penurunan di sektor manufaktur akan terus terjadi karena rendahnya permintaan akan produk farmasi, kimia dan elektronik dari pasar terbesarnya, yakni negara-negara maju. “Seluruh sektor ini sangat tergantung pada permintaan dari luar, khususnya dari negara maju seperti AS, Jepang dan Eropa. Masalahnya, permintaan dari negara-negara tersebut turun tajam dan diperkirakan akan berlangsung selama beberapa waktu,” jelas Lim, kemarin.

Terjadinya perlambatan perekonomian di AS, memang mengancam ekspansi negara-negara di kawasan Asia. Pasalnya, AS merupakan salah satu pasar ekspor terbesar untuk Asia. Tak ayal, pada bulan ini, Singapura memangkas ramalan atas pertumbuhan ekonomi dan jumlah ekspor untuk tahun 2008 seiring turunnya permintaan akan barang dan jasa.

Selain itu, Lim memperkirakan, tingkat produksi industri Singapura cenderung mengalami fluktuasi dari bulan ke bulan. Salah satu penyebabnya yaitu adanya kebijakan produksi dari perusahaan obat-obatan yang memutuskan untuk menutup pabriknya sementara waktu. Penutupan tersebut terkait untuk pembersihan pabrik karena adanya perubahan produk yang akan diproduksi. “Adanya ketidakstabilan produksi di sektor farmasi terjadi secara rutin karena adanya perubahan dari produk yang dihasilkan. Namun hal ini bukan penyebab fundamental terjadinya perlambatan di sektor ini,” papar Lim.

Analis menilai, perekonomian Singapura memang terus memburuk. “Jika dilihat dari laporan rutinan, pertumbuhan perekonomian Singapura semakin memburuk. Kami melihat penurunan ekspor yang begitu tajam. Sedangkan dari segi produksi juga sama buruknya,” kata Alvin Liew, ekonom Standard Chartered Plc di Singapura.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie