KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian pada 2023 berpotensi lebih menantang dibanding tahun lalu. Investor pasar modal diharapkan untuk tak terlalu agresif dalam berinvestasi dan perlu meningkatkan perhatian terhadap kondisi makro ekonomi global.
Chief Economist Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, jika suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed lanjut naik tahun ini, maka kemungkinan industri perbankan akan berhati-hati menyalurkan kredit. Tanpa penyaluran kredit yang ideal, ekonomi diperkirakan sulit bergerak lebih gesit. Alhasil, potensi perlambatan ekonomi akan jauh lebih besar. Hal itu diperparah konflik geopolitik Ukraina dan Rusia yang masih bergulir. Oleh karena itu, menurut Budi, investor harus terbiasa dengan kondisi ekonomi yang berhadapan dengan inflasi pada tahun 2023.
Akan tetapi, meskipun prospek ekonomi berpotensi stagflasi, prospek investasi belum tentu negatif. Pasalnya, pasar modal selalu lebih dulu bergerak daripada sektor riil.
Baca Juga: Pendapatan Iklan Emiten Media Diprediksi Meningkat, Cek Saham Rekomendasi Analis Untuk menghadapi volatilitas tahun 2023, Budi menyarankan investor melengkapi aset kelasnya dalam berinvestasi. Dia menyebut yang paling menarik sepanjang tahun lalu adalah dana asing yang keluar sangat besar pada instrumen investasi Surat Berharga Negara (SBN). Akan tetapi, pada akhir tahun 2022, dana asing pada SBN mulai marak masuk kembali. "Menurut saya asing akan lanjut masuk ke SBN dan saham Indonesia pada 2023," kata Budi dalam acara Investment Talk yang diselenggarakan oleh D'ORIGIN Financial & Business Advisory dan IGICO Advisory, Rabu (29/12). Kendati dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi, Budi optimistis melihat kondisi perekonomian Indonesia tahun ini. Mengingat, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dicabut pemerintah secara menyeluruh sehingga bisa lebih memutar roda perekonomian. Mengutip data Bloomberg, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 diproyeksi sekitar 4,9% dengan tingkat inflasi 4,3%. Budi memproyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun ini melalui tiga skenario. Untuk
base case, targetnya ada pada level 7.550. Lalu untuk posisi
bull menembus level 8.400 dan posisi
bear pada level 6.750.
Founder of Kurikulumsaham Alex Sukandar merekomendasikan beberapa saham pilihan yang diproyeksikan berkilau tahun ini. Saham-saham tersebut adalah HRUM, PTBA, dan INDY di sektor energi serta BMRI, BBRI, dan BBCA di sektor keuangan.
Baca Juga: Rusia Akan Hentikan Ekspor Minyak Mentah, Cek Rekomendasi Saham Migas Berikut Ini Ia juga menyarankan investor berinvestasi pada mata uang asing karena kecenderungan untuk tetap menguat terhadap rupiah. "Kalau untuk jangka panjang saya lebih memilih euro atau dolar AS karena ini
downtrend-nya lumayan panjang banget,” tuturnya.
Capital Market Practitioner Nandang Kuswara merekomendasikan beberapa sektor di pasar modal yang menjanjikan tahun depan, yaitu sektor energi, kesehatan, barang konsumen primer. Properti juga akan jadi salah satu yang menarik menurutnya. "Apalagi kalau untuk
trading atau investasi jangka pendek mungkin bisa diperdagangkan cukup lumayan ya
risk and reward-nya," ucap dia.
Sementara untuk sektor keuangan sudah mulai turun kinerjanya dibanding IHSG itu sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi