Peremajaan kebun karet di Sumsel lambat



PALEMBANG. Peremajaan perkebunan karet di Sumatera Selatan dinilai lambat karena setiap tahun hanya berkisar 4.000 hektare dari 130.000 hektare lahan yang tidak produktif.

Sekretaris Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan Safar Bahri mengatakan perlambatan peremajaan karet ini dipastikan akan mempengaruhi jumlah produksi getah pada masa mendatang.

Selain itu, kondisi ini semakin memberatkan perekonomian petani karena penurunan volume getah juga akan berimbas pada pendapatan.


"Jika hanya mengharapkan petani untuk meremajakan kebunnya, ini relatif sulit karena membutuhkan biaya tidak murah. Untuk itu pemerintah meminta bantuan kalangan swasta karena alokasi dana terbatas hanya untuk 4.000 hingga 5.000 hektare," kata Safar, Jumat (6/2).

Ia mengemukakan, pada 2015, total luas lahan karet yang akan diremajakan yakni 5.500 hektare. Dari total luas tersebut, dana peremajaan seluas 2.500 hektare akan bersumber dari APBD Provinsi Sumsel.

Menurutnya, terjadi penurunan bantuan dana dari pemerintah pusat karena pada tahun ini karena dana APBN lebih difokuskan untuk mencapai target swasembada beras. "Idealnya, setiap tahun ada 30.000 lahan karet yang diremajakan. Tapi ini sulit dicapai beberapa tahun ke depan," kata dia.

Ia menambahkan, kesadaran petani untuk meremajakan lahan karetnya terbilang sudah ada namun belum terlalu signifikan karena hanya sekitar 6.000 hektare setiap tahun dengan cara swadaya. "Untuk itu pemerintah menggugah kalangan pembeli dan pengeksportir turun langsung membantu petani," ujar dia.

Produksi karet Sumatera Selatan dalam dua tahun terakhir relatif stabil di kisaran 1 juta ton meskipun harga di pasar ekspor mengalami penurunan hingga tiga kali lipat.

Pada 2013 tercatat produksi karet Sumsel mencapai 1.075.209 ton sementara pada 2014 berkisar 1,1 juta ton (data 2014 belum resmi dirilis Dinas Perkebunan Sumsel). Sementara target pada 2015 yakni 1,2 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa