Perencana Keuangan: SBR layak dikoleksi



JAKARTA. Para perencana keuangan kompak mengusulkan Saving Bond Ritel (SBR) seri 002 sebagai pengganti dari terpangkasnya bunga bank. Mereka menilai, SBR produk investasi yang aman karena dijamin pemerintah dengan return yang juga tinggi.

Freddy Pieloor, Perencana Keuangan dari Money n Love Planning & Consultinge merinci berbagai keuntungan atas kepemilikan SBR.

Pertama, jaminan negara artinya tidak akan terjadi gagal bayar. Kedua, kupon yang ditawarkan di atas bunga bank saat ini. SBR002 menawarkan kupon sebesar 7,5%. 


Ketiga, jatuh tempo dua tahun dengan penurunan bunga bank diperkirakan membuat SBR menjadi instrument yang menguntungkan.

Freddy mengatakan, karakteristik SBR cocok untuk investor konservatif. Bagi investor tipe ini, SBR dapat berperan sebagai instrumen utama dalam keranjang investasi. Porsinya bisa di atas 50% .

Namun untuk investor yang agresif, tentu SBR lebih pas sebagai penyanggah saja. Antara berkisar 20% dari total keranjang investasi yang dimiliki.

Mengandalkan SBR sebenarnya sah-sah saja. Namun, Giri Sulandar, Fiduciary Advisor dari Janus Financial menyarankan porsi investasinya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing investor.

Berapa idealnya, Giri mengaku sulit untuk menghitungnya. Sebab kebutuhan investasi setiap orang berbeda-beda bergantung kebutuhan.

Risza Bambang, Perencana Keuangan One Shildt Financial Planning meski menyarankan SBR layak dikoleksi. Namun ia mengingatkan nasabah tidak lantas latah untuk memindahkan instrument investasinya ke SBR.

Menurut Risza, SBR tentu lebih menarik daripada deposito. Namun, bagi orang yang menginginkan return lebih tinggi. Tentu harus menghitung cermat apakah SBR ini layak untuk dipertahankan selama dua tahun?

Bahwa ada instrument lain yang sebenarnya dapat memberikan imbal hasil lebih tinggi. Seperti: ORI, Obligasi korporasi dan sukuk ritel. Apakah selama tenor dua tahun, SBR masih mencetak return yang lebih tinggi dibandingkan produk pasar modal.

Memang dalam kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya membaik. SBR tentu menjadi pilihan utama. Namun, saat pasar modal kembali bergairah. Lalu return obligasi korporasi lebih tinggi.

"Tentu return yang didapat dari SBR tidak lagi menarik," tandas Risza. Pesannya, jangan silau akan kondisi hari ini. Tapi juga perhitungkan kondisi masa depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia